KEKALAHAN kaum Quraisy di perang Badar menimbulkan dendam kesumat, karena, banyak pemimpin mereka yang terbunuh.
Ikrimah bin Abu Jahal mengatakan bahwa balas dendam atas kekalahan dalam Perang Badar bisa dilaksanakan dengan biaya tentara yang ditanggung oleh Abu Sufyan. Abu Sufyan pun menerima tawaran ini. Suku Tihamah dan Kinanah juga ikut bergabung dengan Quraisy.
BACA JUGA: Keberanian Ali di Perang Uhud
Semua persiapan untuk berperang telah selesai. Tentara yang dikepalai oleh Abu Sufyan bahkan sudah keluar dari Mekah. Di hari Rabu keempat bulan Syawal, mereka mendirikan tenda di dekat Madinah.
Nabi berpendapat, lebih baik tetap di Madinah dan melakukan perlawanan di sana. Namun, para sahabat, terutama kalangan muda, tidak sependapat dengan beliau. Akhirnya, beliau mengikuti pendapat mayoritas dan mulai keluar dari Madinah pada hari Jumat.
Jumlah kaum Muslim adalah 700 orang, melawan kekuatan 3.000 orang Quraisy. 100 orang dari mereka berbaju lapis baja dan 200 berkuda. Dua pasukan tentara saling bertemu pada jarak dua mil dari Madinah.
Peperangan dimulai pada hari Jumat 7 Syawal. Rasulullah SAW menyerahkan lima puluh prajurit pemanah kepada Abdullah bin Jubair dan menempatkan mereka di posisi yang strategis untuk melawan serangan musuh dari belakang. Adapun sayap kanan musuh dipimpin oleh Khalid bin Walid, sementara sayap kiri dipimpin Ikrimah bin Abu Jahal.
Awalnya, Zubair dan kawan-kawan sukses memorak-porandakan sayap kanan musuh. Peperangan benar-benar dikontrol pihak Muslim. Para sahabat, seperti Hamzah, Ali, dan Abu Dujanah, turun menerobos barisan musuh dan mengacaukan mereka. Seakan-akan nasib peperangan telah tampak.
BACA JUGA: Strategi Pembangunan Waduk di Perang Badar
Pengumpulan harta rampasan perang (ganimah) pun terjadi. Bahkan, wanti-wanti yang Nabi sampaikan sebelumnya kepada pasukan pemanah Muslim agar jangan tinggalkan tempat kalian pun terlupakan. Para pemanah meninggalkan tempat mereka dan berpikiran bahwa perang telah usai, tanpa perlu mendengarkan pemimpin mereka.
Khalid, ahli strategi perang, yang ketika itu belum memeluk Islam, menemukan sebuah kesempatan itu. Ia pun segera bergerak menyerang. Mereka yang meninggalkan senjata dan telah jatuh hati kepada harta rampasan telah melupakan tugas mereka. Musuh kembali unggul dan berhasil memorak-porandakan kekuatan Muslim. Di samping Rasulullah, ada beberapa sahabat yang bertahan. Rasulullah sendiri terluka dan jatuh ke dalam lubang. Bahkan, tersiar kabar bahwa beliau telah syahid. []
Sumber: Kisah Hidup Abu Bakar AL-SHIDDIQ/ Penulis: Mustafa Murrad/ Penerbit: Zaman/ 2007