PERNAHKAH kita merasa tiba-tiba galau tanpa sebab yang jelas, atau malah sering kepikiran hal-hal yang bikin baper sendiri? Itulah tanda-tanda naluri kita sedang terusik. Tapi sebelum membahas naluri yang terusik, kita harus paham dulu perbedaan lebih detail tentang naluri dan kebutuhan jasmani.
Sebagaimana penjelasan sebelumnya, kebutuhan jasmani ini adalah sesuatu yang mutlak, tidak bisa ditunda atau diabaikan.
Kebutuhan jasmani harus dipenuhi, kalau nggak maka menyebabkan mati, biidznillah. Contohnya makan, minum, tidur, atau buang air. Coba saja, bayangin kita nggak makan seharian. Perut pasti melilit, badan lemes, kepala pusing, bahkan kalau kelamaan bisa sakit atau lebih parahnya lagi biidznillah menyebabkan mati jika tidak dipenuhi sampai waktu yang lama.
Atau, misalnya kamu lagi di jalan, terus kebelet benget buang air kecil. Itu bener-bener tidak bisa ditahan lama, kan? Mau tidak mau, harus segera cari toilet. Itu karena kebutuhan jasmani harus dipenuhi, kalau tidak, tubuh kita yang bakal kena imbasnya.
Menariknya, rasa lapar atau kebelet ini muncul dari dalam diri kita sendiri, tidak perlu dipancing dari luar. Kamu bisa saja tiba-tiba lapar walaupun tidak sedang lihat makanan enak. Meski kalau kebetulan lihat orang makan enak, bisa saja menjadi lapar, tapi tanpa melihat makanan enak itu sekalipun, lapar tetap bakal muncul dengan sendirinya.
Naluri Butuh Trigger
Berbeda dengan naluri. Naluri tidak muncul sendiri tapi butuh pemicu. Naluri tidak seperti kebutuhan jasmani seperti dimanifestasikan rasa lapar yang muncul otomatis. Naluri itu butuh trigger atau rangsangan dari luar dulu baru bisa terasa. Misalnya naluri mempertahankan diri, dan naluri melestarikan keturunan dengan munculnya hasrat seksual.
Kita ambil contoh naluri mempertahankan diri, kita tidak bakal tiba-tiba ketakutan tanpa alasan. Tapi kalau tiba-tiba ada suara keras di belakang kita? Refleks, kita bakal kaget atau bahkan lari. Naluri ini aktif karena ada pemicunya.
Sama juga dengan naluri seksual. Seorang anak kecil yang belum pernah melihat hal-hal berbau dewasa, tidak akan tiba-tiba kepikiran tentang itu. Tapi kalau dia mulai sering nonton film romantis plus-plus, baca novel penuh adegan mesra, atau ngikutin tren pergaulan bebas, naluri itu berpotensi bangkit dan akhirnya bikin galau sendiri.
Pernah tidak, awalnya kamu biasa aja sama seseorang, tapi karena sering ngobrol atau meliat dia terus, tiba-tiba jadi baper? Nah, itu karena ada trigger yang membangkitkan perasaan tertentu dalam diri kamu. Kalau dari awal tidak ada pemicunya, mungkin kamu tidak bakalan kepikiran sama sekali.
Jadi, naluri ini kalau tidak ada pemicunya, ia bakal tetap tenang dan tidak bikin galau. Ini juga menjadi jawaban kenapa kenapa banyak yang menjadi suka galau tentang percintaan.
Sekarang coba mari kita perhatikan dunia sekitar kita. Banyak sekali anak muda yang merasa hidupnya kurang lengkap kalau belum punya pacar. Tiap hari ngegalauin status kejombloanya di WA, FB, X, atau yang lainnya, merasa kurang percaya diri, atau malah sibuk cari validasi dari orang lain.
Kenapa bisa gitu? Jawabannya simpel: karena mereka terlalu banyak terpapar rangsangan yang membangkitkan naluri.
Mari kita mencermati fenomena seperti di sosial media misalnya, isinya dipenuhi hal-hal yang bisa membangkitkan naluri. Drama Korea? ceritanya hampir selalu tentang kisah cinta yang bikin baper. Lagu-lagu? Mayoritas tentang cinta dan patah hati. Film-film? Hampir semua genre film, baik itu film laga, misteri, keluarga, sejarah, dan seterusnya selalu diwarnai warna percintaan. Apalagi yang suka nonton film di bioskop sekarang ini dengan sensor yang jauh lebih longgar.
Begitu pula lingkungan pergaulan yang makin bebas, interaksi antara laki-laki dan perempuan yang bebas. Hasilnya? Banyak orang yang jadi merasa, seakan-akan hidup itu nggak sempurna kalau belum punya pacar.
Padahal, sebelum kebanyakan melihat dan mendengar hal-hal itu, mereka baik-baik aja. Fokus belajar, mengejar cita-cita, main futsal atau mini soccer bareng teman-teman. Tapi begitu naluri itu tersentuh terus-menerus, jadilah mereka makin kepikiran dan akhirnya malah bikin galau sendiri. Hasilnya kasus dekdensi moral jadi semakin meningkat drastis.
BACA JUGA:Â Â Hukum Orang yang Zina menurut Islam
Sudah Berpasangan Pun Rentan Terpapar
Apakah itu hanya terjadi pada kaum bujang? Ironisnya, yang sudah punya pasangan sah sekalipun faktanya juga marak begitu. Karena kalau sudah kebiasaan terus-menerus dibangkitkan nalurinya, ujung-ujungnya tidak bakal puas dengan yang halal, dan berusaha melampiaskan nalurinya yang menggelora.
Belum lama ini laman SurakartaHits di Instagram juga mengutip berita yang sangat menghebohkan: Kencan maut di hotel, lelaki berusia 70 tahun meninggal sehabis indehoy bersama wanita bukan istrinya yang berusia 40 tahun. Wah.
Jadi intinya, bukan jomblo yang bikin galau, tapi karena terlalu banyak rangsangan yang membangkitkan naluri tanpa solusi pasti.
Islam Punya Solusi
Islam tentunya paham sekali bagaimana cara kerja naluri manusia. Makanya, ada aturan yang jelas tentang pergaulan, berbusana syar’i, interaksi lawan jenis, larangan khalwat, permudah dalam menikah, sistem sanksi, dan seterusnya.
BACA JUGA:Â Â Suami Zina dengan Wanita Lain, Apa yang Harus Dilakukan Istri?
Karena itu kita perlu menjaga diri dari hal-hal yang membangkitkan naluri secara berlebihan, sehingga kita bisa hidup lebih fokus, lebih tenang, dan lebih bahagia.
Walhasil menjadikan kita bisa lebih fokus pada naik level, ngejar impian, dan melakukan hal-hal yang lebih produktif, semangat dalam ikut berjuang menegakkan agama Islam secara kaffah.
Karena pada akhirnya, yang bikin hidup kita berarti bukan seberapa banyak mantan, tapi seberapa banyak kebaikan yang kita lakukan dan seberapa besar manfaat kita buat orang lain.
Begitulah Islam adalah solusi indah. Semoga kita tidak menjadi insan yang gampang kebawa arus. Semangat ngaji intensif halqah dan dakwah. Aamiin. Barakallahufikum.
Wallahu A’lam. []
Maraji’:
-Nidzam Al-Islam
-Al-Fikru Al-Islami
-Nidzam Al-Ijtima’i
-And So Forth
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter. Sertakan foto diri, Kartu Tanda Identitas (KTP/KTP/SIM), akun media sosial (IG, Facebook, atau Tiktok), dan imel.