ADA beberapa penyebab su’ul khatimah. Su’ul khatimah adalah kematian atau akhir kehidupan yang buruk bagi seseorang. Siapapun pasti tidak menginginkan su’ul khatimah.
Dalam Ihya Ulumuddin, Al Ghazali menyebutkan dua tingkatan su’ul khatimah.
Tingkatan yang sangat besar adalah jika pada saat sakaratulmaut, hati didominasi oleh syak (keraguan) atau pengingkaran, sehingga ketika orang itu meninggal, terhijab lah dia dari Allah. Hal ini membuat dia jauh dari rahmat Allah dan malah dekat dengan azab.
Tingkatan di bawahnya yakni jika yang mendominasi hatinya adalah cintakepada dunia sehingga dunia memenuhi hatinya dan tidak menyisakan tempat bagi yang lain. Jika ruhnya melayang dalam kondisi demikian,maka bahaya baginya. Kerugian yang dideritanya akan sangat besar. Kecuali, jika iman kepada Allah telah mengakar di hatinya dan diperkuat dengan amal saleh, maka hal itu dapat meringankannya.
BACA JUGA: Ini 5 Doa Husnul Khatimah dalam Alquran dan Hadis
Jika kualitas imannya mencapai kadar yang dapat mengeluarkannya dari neraka,maka ia akan keluar dari neraka. Namun, bila kualitas imannya lebih rendah, maka ia akan lebih lama di neraka. Kendati demikian, selama masih ada iman, meski sebesar biji sawi, maka ia pasti akan keluar dari neraka meskipun setelah ribuan tahun.
Shiddiq Hasan Khan, sebagaimana dikutip dari Buku Ensiklopedia Kiamat, menceritakan bahwa su’ul khatimah memiliki sebab-sebab yang harus diwaspadai seorang muslim.
Berikut penyebab su’ul khatimah yang harus dikenali dan diwaspadai seorang muslim:
1 Penyebab su’ul khatimah: Akidah yang keliru atau rusak
Walau disertai zuhud dan kesalehan sempurna, seseorang yang akidahnya rusak bisa saja mendapatkan su’ul khatimah.
Disebutkan dalam firman Allah:
وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لَافْتَدَوْا بِهِ مِنْ سُوءِ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ
“Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.” (QS Az Zumar: 47)
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS Al Kahfi: 103-104)
Jadi, setiap orang yang keliru ataupun rusak akidahnya, sesungguhnya ia berada dalam bahaya besar. Zuhud dan kesalihannya pun tidak berguna dan jadi sia-sia belaka.
BACA JUGA: Sulit tapi Dibanggakan, Berikut 6 Kisah Keutamaan Menahan Marah
2 Penyebab su’ul khatimah: Banyak melakukan maksiat
Orang yang sering melakukan maksiat, maka maksiat tersebut akan menumpuk di dalam hatinya. Semua itu akan terkumpul sepanjang hidup dan memori tersebut akan terulang saat ia mati.
Jika seseorang cenderung pada ketaatan dan hal-hal baik,maka yang paling banyak hadir pada saat ia sekarat adalah memori ketaatan. Sebaliknya, jika kecenderungannya kepada maksiat maka yang paling banyak hadir ketika sekarat adalah memori maksiat. Bahkan bisa jadi, pada saaat maut menjelang dan ia belum tobat, syahwat dan maksiat menguasaianya sehingga hatinya terpikat padanya dan akhirnya hal itu menjadi penghalang antara dia dan Rabb-nya serta menjadi penyebab kesengsaraannya di akhir hayat.
Nabi SAW bersabda,”Maksiat adalah kekufuran.”
Adapun orang yang tidak melakukan dosa atau telah bertaubat, maka dia dijauhkan dari bahaya su’ul khatimah tadi.
Adz-Dzahabi dalam al-Kaba’ir mengutip Mujahid:
“Tidaklah seorang mati kecuali ditampilkan kepadanya orang-orang yang biasa dia gauli. Seorang lelaki yang suka main catur sekarat,lalu dikatakan kepadanya, “Ucapkanlah La ilaha illa Allah.’
Ia menjawab, ‘Skak!’ kemudian ia mati.
Jadi, yang mendominasi lidahnya adalah kebiasaan permainan dalam hidupnya. Sebagai ganti kalimat tauhid, ia mengatakan skak.
Ini seperti orang yang kawan-kawannya adalah para pemabuk. Saat sekarat, seseorang datang untuk mengajarkannya mengucap syahadat,tapi ia malah berkata, “Mari minum dan tuangkan untukku!” Kemudian ia mati.
BACA JUGA: 3 Efek Fatal Akibat Su’ul Adab Terhadap Guru
3 Penyebab su’ul khatimah: Tidak istiqamah
Sungguh orang yang istiqamah pada awalnya, lalu berubah dan menyimpang, bisa menjadi penyebab ia mendapat su’ul khatimah. Seperti halnya iblis dan malaikat yang pada awalnya taat. Tatkala diperintahkan sujud kepada Adam, iblis membangkang dan menyombongkan diri.
Demikian pula halnya Bal’am ibn Ba’ur yang telah sampai kepadanya ayat-ayat Allah. Namun, ia menuruti hawa nafsunya dan termasuk orang-orang yang sesat. Seperti juga Barisha, seorang hamba yang setan berkata kepadanya, “Kafirlah!” Namun, tatkala dia telah kafir, setan berkata, “Aku bebas darimu. Aku sungguh takut kepada Allah, Tuhan Penguasa alam.”
Setan memperdayai dirinya agar kufur dan tatkala ia kafir, setan lepas tangan karena dia pun sesungguhnya takut akan azab Allah.
Allah berfirman:
“Maka akibat bagi keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang lalim.” (QS Al Hasyr: 17)
4 Penyebab su’ul khatimah: Iman yang lemah
Iman yang lemah akan melemahkan cinta kepada Allah dan menguatkan cinta kepada dunia di dalam hatinya. Bahkan, lemahnya iman itu dapat menguasai dan mendominasi dirinya sehingga tidak tersisa dalam hatinya tempat untuk cinta kepada Allah, kecuali sedikit seklai bisikan jiwa. Sehingga pengaruhnya tidak tampak dalam melawan jiwa dan menahan maksiat serta kecenderungan kepada berbuat baik. Akibatnya, ia akan terperosok ke lembah nafsu syahwat dan perbuatan maksiat. Noda hitam akan menumpuk di dalam hati dan memadamkan cahaya iman.
Ketika sakaratulmaut, cinta Allah di dalam hatinya kian melemah, sementara cintanya kepada dunia sangat kuat sehingga ia tak rela meninggalkan dan tak kuasa berpisah dengannya. Pada saat yang sama, timbul rasa khawatir dalam dirinya bahwa Allah murka dan tidakmencintainya. Cinta yang lemah itu akan balik menjadi kebencian. Maka, jika dia mati dalam kondisi iman seperti itu,maka ia mendapat su’ul khatimah dan sengsara selamanya.
Su’ul khatimah ini disebabkan cinta dan cenderung kepada dunia disertai iman yang lemah yang pada gilirannya mengakibatkan lemahnya cinta kepada Allah. Cinta dunia merupakan penyakit yang umum menimpa manusia. Namun, barangsiapa mati dalam keadaan diliputi cinta dunia, ruh keluar dari jasadnya dalam keadaan hatinya tunduk kepada dunia, maka dia akan terhijab dari tuhannya.
BACA JUGA: Ingin Dapatkan Husnul Khatimah? Rutinkan Baca Doa-doa Ini
Dihikayatkan bahwa Sulaiman ibnu Abdul Malik saat memasuki kota Madinah untuk berziarah, ia berkata, “Apakah di Madinah masih ada Tokoh yang pernah bertemu sahabat?”
Mereka menjawab, “Ya, masih. Namanya Abu Hazim.”
Lalu, ia diminta mengantar ke tempat Abu Hazim. Sesampainya di depan Abu Hazim, Sulaiman berkata, “Hai Abu Hazim, kenapa kami tak suka mati?”
Abu Hazim menjawab, “Kalian memakmurkan dunia dan menghancurkan akhirat. Maka kalian tak sudi keluar dari kemakmuran menuju kehancuran.”
Sulaiman berkata, “Engkau benar! Lalu bagaimana posisi kami di sisi Allah?”
Abu Hazim menjawab, “Cocockkan amalmu dengan Kitabullah.”
Sulaiman bertanya, “Di mana hal itu kutemukan?”
Jawab Abu Hazim, “Dalam firman Allah, ‘Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.”(QS Al Infitar: 13-14)
Sulaiman bertanya lagi, “Di mana rahmat Allah?”
Abu Hazim menjawab, “Rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.”
Sulaiman bertanya, “Lalu bagaimana pengadian di depan Allah?”
Abu Hazim menjawab, “Orang yang berbuat baik adalah seperti orang yang telah lama hilang kemabali ke keluarganya. Sedangkan orang yang berbuat jahat seperti budak yang melarikan diri lalu dihadapkan kepada majikannya.”
Lalu Sualiman menangis sampai-sampai suaranya meninggi dan tangisannya menyayat hati. Kemudian ia berkata, “Berilah aku wasiat!”
“Awas, jangan sampai Allah melihatmu pada saat Ia melarangmu atau luput darimu pada saat Ia memerintahkanmu.” []
Referensi: Ensiklopedia Kiamat/Karya: Dr. Umar Sulaiman al Asygar/Penerbit: Serambi Ilmu Semesta/Tahun: 2011