SELAIN pandemi Covid-19, dunia masih hangat memperbincangkan #BlackLivesMatters yang dimulai setelah terjadinya kasus rasisme di Amerika Serikat. Kasus tersebut berkaitan erat dengan perlakuan tak adil yang kerap diterima oleh warga kulit hitam di AS.
Tak sedikit dari mereka adalah muslim. Melansir laman The Conversation, menurut Pusat Penelitian Pew, muslim kulit hitam mewakili setidaknya seperlima dari seluruh muslim di Amerika Serikat. Bahkan, menurut sejarah, muslim kulit hitam lah yang pertama kali membawa Islam ke AS.
Diketahui, masuknya Islam ke Amerika ialah karena agama ini dibawa oleh orang kulit hitam yang pada masa itu mengalami perbudakan. Jumlahnya terbilang sedikit, berkisar antara 30.000 hingga 40.000 orang saja. Namun, sebagaimana dicatat oleh sejarawan Sylviane Diouf, adanya muslim Afrika yang dulunya diperbudak meninggalkan dampak jangka panjang pada budaya Amerika, terutama di Kepulauan Kepulauan Laut dan wilayah Lowcountry, wilayah pesisir yang membentang dari Carolina Utara ke Florida utara.
Dokumen Bilali menjadi teks Islam pertama yang ditulis oleh Bilali Muhammad, pria keturunan Afrika yang dulunya diperbudak dan tinggal di Pulau Sapelo pada abad ke-19. Dalam teks tersebut ia menuliskan perintah tentang sholat wajib dan kepercayaan umat muslim.
BACA JUGA: Ini 6 Muslim Afrika yang Membawa Islam ke Amerika
Teks lainnya yakni sebuah narasi yang dituliskan dalam bahasa Arab oleh Omar ibn Said pada tahun 1831 yang hidup sebagai budak di Carolina Utara. Di dalamnya, ia menceritakan kehidupannya di Senegal, termasuk pendidikan agamanya. Autobiografinya tersebut juga turut mencantumkan beberapa doa muslim.
Pada abad ke-20, orang Amerika berkulit hitam diperkenalkan kembali ke Islam melalui beberapa orang dan organisasi. Termasuk di antaranya Moorish Science Temple of America, dan Nation of Islam. The Moorish Science Temple of America didirikan oleh seorang Amerika Moor, Noble Drew Ali, pada tahun 1913 di Newark, New Jersey.
Drew Ali mengajarkan orang-orang sekitarnya bahwa mereka bukanlah orang negro atau Ethiopia, tetapi mereka orang Moor dan bahwa Islam adalah agama mereka yang sebenarnya. Menurut Drew Ali, orang Moor adalah keturunan orang Moab kuno yang mendirikan Makkah, salah satu kota terpenting dalam Islam.
W. Fard Muhammad, yang mendirikan Nation of Islam pada tahun 1930 di Detroit, Michigan, juga mengajar para pengikutnya bahwa mereka telah melupakan identitas mereka yang sebenarnya sebagai muslim Asia dan anggota suku Shabazz yang terlupakan. Istilah Asiatic mengacu pada orang kulit hitam dan orang kulit berwarna lainnya.
Terkait hal itu, pakaian memainkan peran sentral dalam membangun identitas muslim kulit hitam yang unik ini. Perempuan muslim kulit hitam mengenakan pakaian mereka untuk menantang standar kecantikan Amerika, yang biasanya menganggap perempuan kulit putih, muda, langsing, sebagai gambaran kecantikan yang ideal. Praktik berpakaian mereka juga menantang stereotip yang menganggap bahwa Islam itu agama Arab.
BACA JUGA: Catatan Sejarah: Muslim Temukan Benua Amerika Lebih Dulu daripada Columbus
Organisasi muslim ini mendorong anggota untuk mengembangkan praktik pakaian lokal mereka sendiri. Di Moorish Science Temple of America, pria mengenakan fezzes atau sorban dan wanita mengenakan kerudung yang lalu dipasangkan dengan gaun shift panjang sebagai bagian dari pakaian sehari-hari mereka.
Sedangkan pria dari Nation of Islam mengenakan setelan khusus dan dasi kupu-kupu atau dasi biasa. Wanita mengenakan seragam pelatihan gadis muslim. Pelatihan gadis muslim mencakup pelajaran untuk wanita dan anak perempuan tentang aturan dan kepercayaan Nation of Islam serta cara memasak, membersihkan, membesarkan anak-anak dan mempraktikkan bela diri. Seragamnya terdiri dari tunik berkerah tinggi yang panjang hingga paha. Busana itu dipadukan dengan celana longgar atau rok panjang sepergelangan kaki.
Dalam bukunya yang akan dirilis, sejarawan Sylviane Diouf menjelaskan pendapatnya tentang Nation of Islam dan komunitas Imam WD Mohammed. Dia menilai, organisasi muslim tersebut telah memainkan peranan penting dalam mengembangkan industri mode di Amerika Serikat.
Imam WD Mohammed merupakan seseorang yang telah mengambilalih kepemimpinan Nation of Islam pada tahun 1975, menggantikan ayahnya Ellijah Mohammed yang meninggal dunia. Organisasi-organisasi ini dan anggotanya yang telah menyelenggarakan peragaan busana dan mengoperasikan toko pakaian yang menjadi pusat mode Islam sejak 1960-an. Yang menjadi modelnya biasanya adalah seorang relawan dari komunitas lokal.
Peragaan busana ini menjadi salah satu cara untuk menyoroti ide-ide kreatif wanita Nation of Islam dengan dapat berpakaian tetap sopan namun juga mempertahankan nilai estetika yang unik sehingga terlihat cantik. Mereka menampilkan berbagai model ragam penutup kepala seperti baret dan bulu-bulu pakaian, permainan warna serta berbagai tunik bergaya klasik.
Imam W. Mohammad dan anggotanya terus mendorong usaha mode wanita. Mereka memasukkan desain dan pakaian yang terinspirasi dari Afrocentric, seperti dashiki dan kain kente.
Terhitung satu dekade sejak tahun 1960-an, putri tertua Elijah, Ethel Muhammad Sharriedd memimpin pelatihan gadis muslim, menjadikan bagaimana membangun komunitas muslim kulit hitam yang mandiri dengan pakaian. Sebuah pabrik pakaian yang ia kelola menghasilkan seragam pelatihan gadis muslim resmi. Para anggota didorong untuk membeli seragam dari pabrik tersebut.
BACA JUGA: Ini 5 Fakta ‘Hoax’ Muslim Amerika Serikat
Ada pula sebuah toko di Chicago, Illinois, menjual berbagai macam produk termasuk sepatu, pakaian dalam dan perhiasan. Peran Sealed Nectar Fashion Show pun perlu diperhitungkan, sebab itu adalah sebuah peragaan busana tahunan yang diselenggarakan oleh Masjid Atlanta Al-Islam di Atlanta, Georgia, yang merupakan salah satu peragaam busana muslim terlama di Amerika Serikat, yang di tahun 2019 lalu merayakan ulang tahunnya ke 33
Peragaan busana ini didirikan pada tahun 1986 oleh Amira Wazeer, seorang desainer yang berbasis di Atlanta, sebagai sarana merayakan kecantikan dan kesopanan. Tema tahun ini, “World Traveler,” menampilkan enam perancang wanita muslim kulit hitam dari Amerika Serikat, Tanzania, dan Kenya. Adapun beberapa tampilan baru turut diikutsertakan termasuk di kota-kota seperti Washington D.C., Houston dan yang akan datang di Philadelphia.
Peragaan busana dan bazar ini menyoroti kreativitas perempuan kulit hitam dan beragam definisi keramahtamahan Islam. Didalamnya turut menampilkan berbagai gaya syal pembungkus kepala, seperti turban, serta berbagai teknik pelapis pakaian, seperti mengenakan celana legging di bawah gaun pendek.
Saat ini, pakaian muslim tak asing di dunia fashion. Tak hanya itu, beberapa wanita muslim, termasuk muslim kulit hitam pun telah merambah dunia mode menjadi model maupun desainer. Sebut saja beberapa nama model internasional papan atas seperti Halima Aden, Ikram Omar abdi dan Amina Adam. Para hijaber tersebut kerap tampil di sampul majalah fashion ternama. []
SUMBER: THE CONVERSATION