ISLAM adalah agama rahmatan lil’alamin.Jangan lupakan sejarah bagaimana Rasulullah Saw yang adil mengusir kaum Yahudi dari klan Quraidha karena pengkhianatan mereka terhadap piagam Madinah, sedangkan kaum Yahudi yang lain hidup berdampingan bersama umat Islam dan kaum Nasrani setelah peristiwa ini.
Nyatanya kita tidak membenci kaum Yahudi karena memang telah jelas apa yang telah diberitakan dalam Al-Qur’an mengenai sifat-sifat keburukan ini .
“Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: “Hati kami tertutup.” Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka,” [Q.S .An-Nisa’ (4):155].
Jelas sekali ada diantara kaum Yahudi yang beriman dan yang tidak memusuhi Islam. Bahkan berbagai tulisan menunjukkan bahwa mereka hidup aman di wilayah khilafah Islam, karena hukum Islam melarang memerangi ahlu zimmah ( kafir zimmi ) .Dalam Islam sendiri hukum untuk berperang datang saat kaum Yahudi dan orang-orang yang kafir memerangi umat Islam dan membuat kerusakan.
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,” ( Q.S.Al-Baqarah: 190)
Bahwasanya Islam mencintai perdamain. Bahkan menganjurkan sebagaimana firman Allah Swt ; “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS.8:61)
Sebagian orang dari agama-agama Samawi pun mencintai perdamain. Namun telah menjadi sunnatullah bahwa ada diantara manusia, orang-orang yang mencintai kebenaran (Al-Haq) dan ada orang-orang yang suka berbuat kerusakan (Bathil). Beberapa kali perjanjian damai yang diadakan antara Palestina-Israel yang diprakarsai di Oslo nyatanya dirusak begitu saja oleh Israel?
Beberapa pendapat yang melabelkan Hamas sebagai teroris karena menolak gencatan senjata merupakan sebuah pendapat yang emosional. Fakta yang dikemukan haruslah mengandung kebenaran bukan pembenaran. Mengingat telah berungkali Israel mengkhianati perjanjian-perjanjian damai yang telah disepakati.
Saya analogikan kepada Anda dengan bahasa sederhana bahwa jika rumah Anda dirusak oleh pendatang dan kemudian terjadi sengketa, dari kedua belah pihak menginginkan masalah ini diselesaikan dengan baik serta menghormati satu sama lain tentu akan terjadi perdamain yang diidam-idamkan. Namun berungkali terjadi perdamaian, berungkali juga si pendatang merusak kesepakatan damai, lantas apakah Anda masih percaya setelah si pendatang berkhianat berungkali? Bahkan binatang pun tak jatuh di lubang yang sama!
Logika sederhana pun tak bisa menerima bahwa seseorang yang ditindas, dirampas haknya akan berdiam diri tanpa melawan apalagi setelah mengetahui sifat-sifat pengkhiat yang telah nyata-nyata ditunjukkan oleh si penindas.
Maka telah jelas apa yang menjadi kebenaran. Dan telah jelas pula apa yang menjadi kebathilan .
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ * وَالأرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ * إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ * وَمَا هُوَ بِالْهَزْلِ *
“Demi langit yang mengandung hujan; demi bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan. Sesungguhnya al-Quran itu benar-benar firman yang memisahkan (antara yang haq dan yang batil). Sekali-kali ia bukanlah gurauan.” (QS ath-Thariq [86]: 12-14).
Saya kutip makna tafsir dari ayat ini agar pemahaman kita terhadap hal ini semakin jelas .
“Allah SWT berfirman: Wa as-samâ‘ dzât al-raj’i (Demi langit yang mengandung hujan). Ayat ini diawali dengan wâwu al-qasam (huruf yang menunjukkan makna sumpah). Objek yang dijadikan sebagai al-muqsam bih adalah as-samâ‘ (langit). Disebutkan bahwa langit tersebut dzât ar-raj’i. Secara bahasa, kata ar-raj’ berarti mengembalikan ke keadaan semula.Dalam konteks ayat ini, kata tersebut bermakna al-mathar (hujan). Dijelaskan al-Qurthubi, hujan senantiasa kembali setiap tahun. Dikatakan ahli bahasa ar-raj’ berarti al-mathar.Menurut az-Zamakhsyari, penyebutan al-mathar (hujan) dengan ar-raj’ disebabkan karena orang Arab mengira bahwa mendung membawa hujan dari lautan, kemudian kembali lagi ke daratan.
Disebutkan ayat ini bahwa al-Quran merupakan qawl fashl. Secara bahasa, kata al-fashl berarti memisahkan salah satu dari dua perkara dengan yang lain sehingga antara keduanya terlepas.Dikatakan oleh al-Qurthubi, pengertian al-Quran sebagai qawl fashl berarti yafshilu bayna al-haqq wa al-bâthil (memisahkan antara yang haq dan yang bathil).Asy-Syaukani juga mengatakan, “Sesunguhnya al-Quran memisahkan antara kebenaran dan kebatilan dengan menjelaskan masing-masing keduanya.”
Demikianlah sikap kita sebagai muslim menyikapi apa yang sedang terjadi di Palestina sebagai bentuk keyakinan terhadap tanda-tanda kiamat yang ditelah diberitakan melalui penuturan Rasul yang mulia.
Selain berdoa, langkah nyata juga diperlukan dengan cara mengirimkan bantuan kepada lembaga-lembaga yang cukup terpercaya yang sudah mengirimkan dan terus bekerja menyampaikan amanah kepada saudara-saudara kita di Palestina.
BACA JUGA: Perang Di Palestina Dan Tanda-Tanda Kiamat (1)
Jika tak dapat berbuat apa-apa untuk saudara-saudara di Palestina , maka selemah-lemahnya iman adalah diam dengan tidak mengeluarkan komentar-komentar fitnah yang jauh dari kebenaran karena kelak di Hari Pembalasan apa-apa yang kita perbuat akan dipertanggungjawabkan .
#PrayForGaza#PrayForPalestina#FreeBaitulMaqdis
Nb : Jangan juga kita lupakan saudara-saudara kita di Suriah, di Cina, di Burma dan di berbagai belahan bumi yang sedang teraniaya.Do’a adalah senjata kita !.
Sumber :
1.‘Awadh bin ‘Ali bin ‘Abdullah ,’Tanda-Tanda Hari Kiamat’ , terjemahan Muh. Khairuddin Rendusara, 2009, Islamhouse.
2 Dr. Akram Dhiya’ Al-Umuri,Sirah Nabawiyah ,Penerbit : Pustaka As-Sunnah, Jakarta .Bahasa : Indonesia Cetakan Asli : Madinah Cetakan : Kesatu, 2010 M Kategori
2.Situs Wikipedia http://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik_Israel_dan_Palestina
3. Fridman, Refoel. 1965 , hal 107 ‘ Serock in Memorial ‘ ,
4.http://www.sztetl.org.pl/en/gallery/
5. a . Az-Zuhaili, At-Tafsîr al-Munîr, vol. 30 (Damaskus: Dar al-Fikr al-Mu’asir, 1998), 180. b . Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur‘ân, vol. 20 (Kairo: Dar al-Kitab al-Mishriyyah, 1964), 10. c. Az-Zamakhsyari, Al-Kasysyâf, vol. 4 (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1987), 736.
d .Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, vol. 20, 10.e. Asy-Syaukani, Fat-h al-Qadîr, vol. 5, 511.( Tafsir Al-Qur’an yang dirangkum dalam Al-Waie 2013 )
HABIS