Oleh: Muryanto Paiman
“MAMAH minta pulsa” dan “berita kecelakaan”, merupakan hoax di zaman ketika kanal pesan masih berupa SMS. Namun saat ini, dengan kanal yang semakin beragam, berita bukan hanya tulisan tapi juga gambar, foto, grafis, dan bahkan video hoax semakin meraja-lela.
Jenis berita hoax sepengamatan saya dapat berupa:
1. 100% berita yang tidak ada benarnya sama sekali, hanya rekaan.
2. Berita benar tapi kejadian atau fakta dari waktu yang sudah lewat.
3. Berita benar tapi kejadian dari tempat lain.
4. Berita benar yang dicampur dengan beberapa berita hasil rekaan.
BACA JUGA:Â Ini yang Harus Dilakukan Jika Tidak Sengaja Menyebarkan Berita Hoax
Ketika saat ini, kebiasaan untuk mencari referensi sudah bukan lagi jadi landasan, dapat dibayangkan mengapa setiap hari akhirnya kanal-kanal medsos penuh dengan empat jenis berita di atas.
Dunia per-hoax-kan semakin ramai dengan makin banyaknya software dan apps yang dapat dengan mudah digunakan untuk mengedit serta memanipulasi gambar dan foto.
Sehingga berita yang berupa tulisan menjadi semakin gurih karena ada visual yang dapat ditampilkan.
“Memang bahaya?. Gak usah diurus!. Santai aja bro!. Selama kita gak ikut-ikutan, membuat dan menyebar hoax”.
“Diamkan aja, ntar lama-lama juga capek”.
Awalnya memang demikian. Tapi kok setiap hari bukannya reda, malah semakin deras dan parah. Semakin banyak orang yang “hobi” menyebarkan berita di timeline, wall, dan grup WA. Tanpa sadar jempol mereka menjadi zombi yang dengan enteng dan lihai selalu siap grak untuk mengalirkan berita yang didapat tanpa peduli benar tidaknya. Tanpa berupaya mencari referensinya.
Siapa pembuat ribuan bahkan jutaan berita-berita hoax tersebut? Orang iseng? Orang gila? Psikopat maya? ….. Yakin?
Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana perasaan kita dengan lebih seringnya menerima berita hoax? Ada beberapa tahapan dan/atau tipe.
Yang pertama adalah kita mendiamkan dan tidak mau terlibat. Yang penting aman buat saya. Tipe kedua adalah orang-orang yang akhirnya sesekali terpeleset juga akhirnya andil dalam menyebar berita hoax, tipe atau tahapan ketiga adalah ketidakpercayaan dengan berita yang ada.
BACA JUGA:Â 7 Ciri Orang yang Berkata Bohong
Tahapan ketiga ini yang paling parah, tuan-tuan dan nyonya-nyonya. Bayangkan dalam dunia yang serba cepat dan sumber daya yang semakin menipis, kita menjadi bagian dari komunitas besar yang pasif dan autis dengan dunianya sendiri.
Atas nama bangsa manusia, yang diberi akal dan kebebasan untuk memilih, sepertinya layak kalau kita mulai menyatakan perang terhadap hoax. Perangnya akan berjalan panjang dan melelahkan. Pernah, sesekali menegur seorang rekan di grup WA karena meneruskan berita hoax. Yang bersangkutan minta maaf. Beberapa saat kemudian, berita yang sama muncul lagi di grup WA yang sama dari orang yang berbeda. Betapa semakin lucu dunia ini.
Mudah-mudahan curhatan ini menggambarkan semangat banyak manusia yang lain dengan kegalauan yang sama. Semoga tulisan ini juga menjadi pengingat bahwa dengan akal yang disematkan dalam otak kita, ini digunakan selayaknya manusia. Semoga menjadi pengingat, semoga menjadi penyemangat. []
22 Agustus 2018, KA Parahyangan Purwakarta-Bandung
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.