INDONESIA tengah dirundung duka. Belum selesai penanggulangan bencana yang satu, bencana yang lainnya menyusul terjadi. Kering sudah rasanya air mata ini melihat bencana yang merenggut puluhan, bahkan ratusan nyawa manusia sekaligus. Namun inilah takdir. Harus diimani. Karena pasti ada hikmah dibaliknya.
Dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga bulan September 2018 saja, telah terjadi 1.999 bencana di Tanah Air. Data ini tentu belum ditambah bencana yang terjadi hingga bulan Desember kemarin.
BACA JUGA: Ini Nasehat Ustaz Abdul Somad kepada Anak Muda di Tahun Baru 2019
Namun miris. Di tengah luka akibat bencana yang belum sembuh, masih ada saudara sebangsa yang ‘tega’ merayakan pergantian tahun dengan hura-hura. Meski ada beberapa kota yang mengeluarkan larangan perayaan pergantian tahun baru, namun masih banyak warga yang antusias merayakan tahun baru masehi ini. Apakah ini merupakan minimnya rasa empati?
Meski begitu, tidak menutup bahwa ada warga yang merayakan perayaan tahun baru diselangi dengan zikir. Seperti yang terjadi di perayaan tahun baru di Makassar, Sulawesi Selatan, yang terpusat di Pantai Losari. Ribuan warga tumpah ruah meramaikan malam pergantian tahun.
BACA JUGA: Perayaan Tahun Baru di Saudi, Mulai dari Sirkus Internasional sampai Pertunjukan Salju
Sebelum puncak acara pergantian tahun, warga sempat melakukan zikir bersama untuk menghormati korban tsunami Selat Sunda. Acara zikir ini dilakukan di beberapa tempat, seperti di Masjid Al-Markaz dan anjungan Pantai Losari.
Terlepas dari itu semua, pergantian tahun seharusnya menjadi titik balik bangsa ini untuk bangkit membenahi semua kerusakan akibat bencana. Mulai dari trauma healing bagi korban, hingga antisipasi-antisipasi yang lebih konkret dalam penanggulangan bencana di tahun 2019. []