SAHABAT mulia Islampos, ada beragam aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Di antara semua aktivitas, tentu ada yang bernilai ibadah. Ada pula yang mungkin saja menjadi maksiat, baik sengaja maupun tidak disengaja. Bahkan, ada perbuatan yang kerap dianggap berpahala, padahal sesungguhnya merupakan maksiat. Perbuatan apakah itu?
Menurut Imam Al-Ghazali perbuatan tersebut salah satunya adalah berangan-angan terhadap sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan perbaikan amal.
“Angan-angan adalah semata-mata kemaksiatan padahal engkau mengira itu niat yang baik kebodohanmu dalam membedakan antara keduanya dan kedekatannya dalam beberapa sisi,” tulis Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Minhajul Abidin.
BACA JUGA: 2 Syarat Diterimanya Amal
Imam Ghazali mengingatkan agar niat manusia tidak menyia-nyiakan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang hambah yang harus patuh tehadap perintah dan larangan. Imam Al-Ghazali juga mengingatkan, jangan sampai kita sibuk dengan shalat sunnah dan puasa sunnah, namun itu tidak ada ada apa-apanya di mata Allah.
“Barangkali engkau berkas melakukan kemaksiatan dari jenis maksiat yang mengharuskan masuk neraka dan meninggalkan hal yang mubah seperti makan, minum atau tidur dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, namun engkau tidak mendapatkan apa-apa,” katanya.
Demikian juga melakukan tindakan menggerutu dan marah, dan mengira sebagai merendahkan diri dan memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Melakukan perbuatan riya namun mengira memuji Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan mengira itu hal itu sebagai perbuatan menyerukan kebaikan berdakwah kepada manusia.
Termasuk juga ketika melampaui batas Allah dengan melakukan maksiat namun menganggapnya sebagai ketaatan.
“Engkau berharap pahala besar padahal hakikat akan mendapatkan siksa-siksa,” katanya.
BACA JUGA: Amal Perbuatan yang Rutin Dilakukan, Ibadah Sunnah yang disukai Allah
Dalam hal seperti itu, menurut Imam Al-Ghazali, manusia berada dalam tipu daya besar dan kelalaian yang sangat buruk.
“Ini demi Allah adalah musibah memalukan bagi orang-orang yang beramal tanpa mereka sadari dan ketahui sia-sia,” katanya.
Selain itu semua, amal-amal lahir yang memiliki kaitan-kaitan dari usaha-usaha batiniah yang bisa memperbaikinya atau merusaknya seperti antara ikhlas dan riya, antara ujub dan menyebut nikmat dan hal-hal serupa lainnya. Siapapun yang tidak mengetahui upaya-upaya batiniah ini dan pengaruhnya dalam ibadah lahiriyah dan bagaimana berhati-hati darinya dan menjaga amal darinya, maka sangat sedikit orang yang amal lahiriyah lainnya selamat. Sehingga ia akan kehilangan ketaatan lahirnya dan batinnya. Ia hanya menyisakan kesengsaraan dan kekeruhan. []
SUMBER: REPUBLIKA