Oleh: Feby Arma Putra
Guru SMPIT Insan Cita Serang (ICS) Banten
febyarmaputra@gmail.com
KITA semua sepakat bahwa Adab dan akhlak itu sangatlah penting bagi manusia dalam mengarungi kehidupan ini. Selain adab kepada Allah dan Rasul-Nya, tentu adab kepada diri sendiri, keluarga dan lingkungan sosial juga penting.
Adab yang baik dari seorang Muslim yang sejati akan membuat kita menjadi mulia di hadapan Allah dan Rasul-Nya juga tentu di hadapan manusia. Akhlaq adalah benteng, akhlaq adalah indikator sempurnanya iman seseorang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Bersabda:
“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya,” (HR Tirmidzi No. 1162, Abu Dawud No. 4682).
Karena sangat pentingnya Akhlak dan Adab, maka Allah subuhanahu wa ta’ala mengutus seorang Rasul untuk menyempurnakan Akhlaq. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:
“Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan baiknya akhlaq.” (HR. Ahmad 2/381 (8939), Bukhari dalam Adabul mufrad nomor 273, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ No. 2349).
Dr. Ahmad Alim, MA dalam tulisannya yang berjudul “Tidak Beradab? Maka Tiada Syariat, Iman, Tauhid Padanya” mengatakan bahwa masalah yang mendasar yang sedang dihadapi umat sekarang ini adalah masalah ilmu dan adab. Ilmu sudah mulai dijauhkan, bahkan dihilangkan dari nilai-nilai adab dalam arti luas. Akibatnya, terjadilah suatu keadaan yang oleh Al-Attas disebut the loss of adab (hilangnya adab)..
Sampai-sampai Hadrarusy Syaikh Hasyim Asyari dalam “Adab Al-Alim Wa Al-Muta’allim” mengatakan “Tauhid mewajibkan wujudnya iman. Barangsiapa tidak beriman, maka dia tidak bertauhid; dan iman mewajibkan syariat, maka barangsiapa yang tidak ada syariat padanya, maka dia tidak memiliki iman dan tidak bertauhid; dan syariat mewajibkan adanya adab; maka barangsiapa yang tidak beradab maka (pada hakikatnya) tiada syariat, tiada iman, dan tiada tauhid padanya. (dalam Alim; 2018)
Terus bagaimana dengan kasus orang yang berilmu, tapi tidak beradab? Mungkin kutipan Surat Luqman Ayat 18-19 dan Surat An-Nahl ayat 90 bisa menjadi bahan renungan.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai” (QS. Luqman [31] : 18, 19)
Dan Allah subuhanahu wata’la berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS. An-Nahl [16] : 90)
Seberapa banyak-pun ilmu telah kita pelajari, bahkan mungkin sampai ke luar negeri, tetapi itu percuma jika tidak beradab dan tidak beramal. Justru kita akan disiksa dengan ilmu-ilmu yang sudah kita pelajari jika adab dan amal tidak dilakukan
Mari kita renungkan kutipan nasehat dari Syaikh Shaleh bin Hamd Al Ushoimy -hafidzahullah
“Orang yang mampu menempa akhlakmu dengan baik walaupun ilmunya sedikit jauh lebih baik ketimbang orang yang banyak ilmunya namun tidak memperhatikan pengajaran akhlak terhadap dirimu. Karena sedikit ilmu yang dihiasi bagusnya adab merupakan kesempurnaan. Sementara banyaknya ilmu disertai kurangnya adab adalah sebuah kebinasaan.Ilmu itu diukur bukan dengan banyaknya.Ilmu itu berkah. Dan tidak mungkin keberkahan itu menyatu pada perangai yang kurang beradab. Wallahu’alam bish showab. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.