Oleh Anita Irmawati
anitairmawati31@gmail.com
PENCIPTAAN manusia sungguh luar biasa. Diciptakannya perempuan dan laki-laki sebagai keseimbangan untuk saling melengkapi. Bayangkan, jika hanya ada kaum Adam saja di muka bumi, bagaimana mungkin keseimbangan akan terjadi?
Perempuan pun tak bisa dinilai lebih rendah atau lebih tinggi daripada laki-laki. Posisinya sama, sama-sama memiliki peran utama dalam kehidupan di dunia hingga akhirat nanti.
Tak ada dalih yang menyatakan perempuan hina dan laki-laki mulia. Namun, hina dan mulia hanya bisa ditentukan oleh apa yang menjadi sandaran berhukumnya manusia. Hukum Allah atau hukum manusia tempat bersandarnya?
BACA JUGA:Â Hilangnya Sifat Malu Wanita Masa Kini
Perempuan Mulia dengan Islam
Kemuliaan sejati hanya bisa diwujudkan lewat aturan Sang Pencipta manusia itu sendiri. Aturan pencipta ini merupakan sandaran dalam menentukan hukum yang diberlakukan untuk menilai perbuatan.
Dan Islam merupakan agama paripurna yang diturunkan dari Allah SWT. sebagai pedoman hidup manusia untuk mengatur hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, juga dengan manusia lain.
Perempuan dan Islam tak bisa dipisahkan. Termasuk Islam dalam mengatur kehidupan perempuan, termasuk kewajiban menutup aurat sebagai kemuliaan melindungi dari pandangan liar. Bukan berati mengekang apalagi membatasi.
Gelar seorang muslimah disandang bagi perempuan yang memeluk Islam. Tak kasta di dalamnya, hanya ketaqwaan yang membedakan di mata Tuhan.
Semua muslimah sama, sama-sama memiliki kesempatan berkarir dan menorehkan karyanya di dunia. Dan Islam tak pernah menghambat apalagi menghalangi muslimah untuk berkarya.
Justru, tuntutan menimba ilmu adalah kewajiban sepanjang masa, tak terbatas laki-laki atau perempuan saja. Melainkan kewajiban kaum muslim sampai jasad berada di liang lahat.
Berkarya Bukan Sekadar Harta atau Tahta
Karir muslimah tak bisa dinilai dengan gelimang harta atau jabatan (tahta) semata. Namun, karya muslimah merupakan investasi dengan Illahi. Dimana pahala dan keridhaan menjadi tujuan utama yang harus dicapainya. Karena Syurga dan keridhan-Nya adalah tujuan hidup sesungguhnya.
BACA JUGA:Â Peninggalan Peradaban Islam di Kota Bukhara
Peranan strategis yang dimiliki muslimah pun menjadi pendukung dalam menorehkan karya. Peran istri sebagai teman diskusi suami, juga peran ibu sebagai pencetak generasi, dan peranan di masyarakat tempat interaksi dan sosialisasi yang saling mengingatkan berbuat kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Peranan strategis ini didudukinya dalam waktu yang bersamaan.
Semua peranan tersebut merupakan peranan krusial dalam kehidupan. Tugasnya bukan sekadar jadi pengurus rumah tangga yang pekerjaannya 24 jam tanpa henti yang sering disematkan kebanyakan orang. Hingga menempuh pendidikan tinggi dinilai kesia-siaan belaka. Padahal, ilmu bagi siapapun adalah kebutuhan dalam berkarya. Termasuk peran perempuan yang krusial.
Namun, peranan perempuan bersifat multidimensi, perannya mampu menembus dimensi-dimensi lainnya yang saling berhubungan dalam aspek kehidupan. Terutama dimensi spiritual yang menjadikan muslimah sebagai hamba Allah SWT. yang senantiasa taat pada Sang Pencipta.
Maka, peluang besar bagi muslimah untuk berkarya gemilang. Menorehkan karya-karya emasnya untuk peradaban manusia. Sejatinya para wanita adalah indikator dalam kemajuan juga peradaban suatu negara.
Mengingat, rahim yang melahirkan generasi adalah rahim muslimah produktif yang mengasuh hingga mendidih menjadi tangguh. Pekerjaannya tak bisa bayar dengan materi atau sesuatu yang berharga di dunia ini. Karena itu, berkarya bagi muslimah bukan hanya bernilai tahta apalagi harta.
Namun, bekerja atau berbisnis bagi muslimah tentu saja diperbolehkan, selama tak ada hukum syara’ yang dilanggarnya. Bahkan, kita tahu Khadijah binti Khuwalid merupakan muslimah teladan sepanjang zaman. Sosok seorang istri, ibu, entrepreneur, hingga penyeru Islam di tengah masyarakat Makkah. Karyanya begitu gemilang hingga dikenang.
Berkarya untuk Peradaban Manusia
Karya muslimah meliputi seluruh dimensi. Mulai dari mendukung suami, mengasuh dan mendidik anak menjadi generasi, ber-mu’amalah menjalankan perekonomian, hingga menyeru masyarakat beramal ma’ruf nahyi mungkar. Semuanya merupakan peranan strategis lagi krusial.
BACA JUGA:Â Â 5 Mahkota Muslimah, Jagalah
Karya-karyanya begitu gemilang. Yakni membangun mental seorang pria sebagai pemimpin bahtera, menjadi rahim produktif yang melahirkan para generasi yang merindukan peradaban Islam.
Tak lupa, mencerdaskan umat agar sama-sama membangun peradaban emas. Inilah karya-karya sejatinya yang tak mampu ditelan masa. Buktinya tetap ada, juga pengaruhnya pasti terasa. Karena karya membangun sebuah peradaban tak lekang dimakan zaman.
Muslimah berkarya sudah seharusnya. Menghasilkan karya melalui pendidikan generasi muda perindu Syurga yang menghasilkan peradaban emas bagi umat manusia. Dari mana para ilmuan, ulama, guru, ustadz, tentara, dokter dan lainnya hadir di tengah-tengah umat?
Jika bukan karena karya para muslimah yang senantiasa berusaha menorehkan karya. Sejatinya, karya para muslimah adalah kemuliaan yang ditorehkan untuk masa depan. Untuk anak-cucu kelak hingga dia terlahir ke dunia dan bervisi mengejar keridhaan-Nya.
Wallahu’alam bisahwab [].