SUDAH dua kali perempuan itu datang ke rumahku. Usianya belum 40 tahun, kulitnya putih, dandanannya rapi.
Yang pertama kali, dia meminta pekerjaan di laundry milikku. Kemudian dia meninggalkan nomor H-nya yang dicatat oleh suamiku.
Katanya, dia sangat butuh pekerjaan untuk biaya sekolah anaknya. Namun ketika esok harinya aku hubungi, nomor itu salah.
BACA JUGA:Â Sedekahlah, Maka Allah Mudahkan
Keduanya kalinya, selang beberapa hari, dia datang lagi. Dia bertanya kenapa dia tidak juga aku hubungi. Aku coba jelaskan tentang salah nomor HP itu. Kemudian aku juga menjelaskan tentang upah yang akan dia dapat jika bekerja di tempatku. Tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan gaji dia di pabrik garmen sebelumnya atau ketika dia jadi TKW di Arab Saudi.
Tapi dia terus memohon, karena dia sangat butuh uang itu. Ya Allah… Aku merenung. Upah harian yang akan dia terima, tak akan cukup untuk membayar makanku jika aku jajan di luar. Makan yang cuma sendiri dan sekali itu. Sementara dia harus bekerja dari pagi sampai sore untuk mendapatkan uang sejumlah itu.
BACA JUGA:Â Aa Ganteng di Tukang Kupat Tahu
Aku malu. Jika selama ini sering mengeluh dengan penghasilanku. Hidup yang aku keluhkan, ternyata menjadi hidup yang dia inginkan. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word