Oleh: Dini Dewanti, dewantidini17@gmail.com
KETIKA adzan berkumandang, waktu pertemuan hati dengan Robb, Allah Swt. Pencipta kita. Shalat yang kita lakukan secara berjamaah lebih utama dari pada munfarid atau shalat sendirian. Rasulullah Saw. bersabda : “Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk kesempurnaan shalat!” (HR. Al-Bukhori, dalam Fathul Bari’ no.723)
Dalam detik-detik kehambaan penuh harap dan takut kepada-Nya tersebut, setan penuh trick, siasat dan strategi untuk menaklukan kekhusyuan shalat kita. Gitu juga dalam shalat berjamaah yang kita lakukan. Setan tidak menyerah untuk melakukan tipu daya dalam setiap levelnya, agar shalat kita penuh dengan kesia-siaan.
BACA JUGA: Shaf Shalat Tidak Lurus, Ternyata Ada Dampaknya
Ketika shalat berjamaah, seringkali kita meluruskan shaf shalat. Kita pasti memperhatikan shaf dalam sajadah atau alas sholat kita. Pernahkah sejenak menyadari, apakah Rasululloh menggunakan sajadah pada masanya?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Luruskan shaf kalian, jadikan setentang di antara bahu-bahu, dan tutuplah celah-celah yang kosong, lunaklah terhadap tangan saudara kalian dan jangan kalian meninggalkan celah-celah bagi syaithon. Barangsiapa menyambung shaf maka Allah menyambungkannya, dan barangsiapa yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskannya.” (HR. Bukhori, Abu Dawud no. 666, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih Sunan Abu Dawud)
Begitulah pada masa Rasulullah, shaf shalat rapih dan rapat. Tidak ada celah satu orang dengan lainnya. Kita ambil benang merah dalam kehidupan kita sehari-hari. Coba kita cermati, umat muslim saat ini. Terpecah atau terkotak-kotak, padahal kita berasal dari umat yang satu, umat Rasulullah Saw.
Shahabat Nu’man bin basyir berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap kepada manusia (jamaah shalat) lalu bersabda, “Luruskan shaf-shaf kalian (beliau menyebutkannya tiga kali)! Demi Allah, sungguh-sungguh kalian meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan benar-benar membuat hati-hati kalian berselisih.” Maka Nu’man bin Basyir pun melihat seseorang menempelkan bahunya kepada bahu orang disebelahnya, dan mata kakinya dengan mata kaki orang yang di sebelahnya,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
BACA JUGA: Shalat Sunnah Sambil Duduk Padahal Tidak Sakit, Apa Hukumnya?
Seperti dalam barisan shalat berjamaah. Kita hanya memperhatikan kerapatan shaf sajadah antar kita, bukan lagi antar bahu atau antar mata kaki dengan orang yang shalat di sebelah kita. Begitulah amal pergaulan antar umat muslim di masyarakat ini.
Kita sibuk memperhatikan kepentingan umat dalam golongan masing-masing. Seolah sajadah itu adalah kotak-kotak golongan umat Islam saat ini. Akankah, suatu hari kita semua memiliki pemikiran yang sama seperti yang diutarakan dalam hadits diatas? Wallohu’alam. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word