MANUSIA diperintahkan untuk berdzikir pada pagi dan petang. Karena dua waktu ini mempunyai keutamaan untuk berdzikir dibanding dengan waktu lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
“Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 205).
BACA JUGA: Dzikir yang Paling Afdal Secara Mutlak
Menurut ahli bahasa, “Al-ashaal adalah bentuk jamak dari ashiil, yaitu waktu Ashar dan Maghrib.”
Berdzikir kepada Allah bisa dengan hati, bisa dengan lisan, atau bisa dengan hati dan lisan sekaligus. Namun berdzikir dengan hati dan lisan, itulah yang lebih sempurna.
Ketika berdzikir, jangan sampai hati kita dalam keadaan lalai. Karena orang yang lalai adalah orang yang melupakan Allah sehingga Allah menjadikan mereka melupakan diri mereka sendiri. Inilah yang terhalang dari kebaikan dunia dan akhirat.
BACA JUGA: Dzikir agar Dilindungi Allah dari Bahaya
Kita seharusnya berdzikir dalam keadaan tunduk, suara lirih, dan dalam keadaan takut kepada Allah. Lalu bolehkah dzikir dengan suara yang keras?
Abu Musa Al-Asy’ari, ia berkata mengenai para sahabat yang berdoa saat safar dalam keadaan suara keras, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian manusia, perhatikanlah diri kalian. Sungguh kalian tidaklah memanggil yang tuli dan sesuatu yang tidak ada. Yang kalian panggil adalah Allah yang Maha Mendengar dan Mahadekat.” []
Wallahu A’lam.
SUMBER: RUMAYSHO