SYEKH Ahmad Maeno memeluk Islam pada tahun 1994 pada usia 18 tahun. Setelah lulus dari Universitas Osaka, Fakultas Studi Asing, jurusan bahasa Arab, dan bekerja di perusahaan Jepang di Osaka dan di Masjid Nagoya, dia kemudian memulai perjalanannya untuk mendalami agama Islam di Damaskus, Suriah.
Pada awalnya Syekh Maeno memiliki persepsi yang buruk tentang Islam. Persepsi itu dia dapatkan dari pandangan orang-orang di Jepang pada umumnya yang memandang Islam sangat buruk dan sangat negatif. Mereka percaya bahwa Islam adalah agama yang fanatik, mengerikan, dan tidak layak untuk diperhatikan.
BACA JUGA: Wisata Halal di Jepang, Ini Makanan yang Aman Dikonsumsi Muslim (1)
Pandangan negatif tersebut mereka dapatkan dari dunia pendidikan dan media. Syekh Maeno mengakui, bahwa dia adalah salah satu orang yang terpengaruh akan hal tersebut.
Sampai suatu saat pada usia 17, Maeno menjadi salah satu peserta pertukaran pelajar ke Melbourne, Australia. Di sana dia tinggal setahun dan bertemu dengan salah satu keluarga Muslim untuk pertama kalinya.
Mereka memperlakukan Maeno dengan sangat santun, baik, dan murah hati. Syekh Maeno muda menilai bahwa merekalah orang-orang Islam yang sesungguhnya, yang perilakunya sangat indah dan mengagumkan. Saat itulah secara perlahan pandangannya yang negatif tentang Islam mulai berubah, dan hatinya mencair.
Namun pada saat itu Maeno belum memutuskan untuk masuk Islam, dia kembali ke Jepang. Suatu saat, Maeno kembali lagi ke Australia untuk berkunjung kepada keluarga tersebut. Sang Ayah – kepala keluarga tersebut – memberinya hadiah terjemahan al-Quran berbahasa Inggris. Dia berkata, “Bacalah buku ini, dan pikirkan olehmu.”
Maeno merasa bahagia, dan juga merasa dihargai karena dia dianggap memiliki kemampuan untuk memikirkan sesuatu tentang agama, padahal pada waktu itu dia masih remaja yang berusia 18 tahun.
Setelah kembali ke Jepang, ternyata Maeno tetap memelajari Islam. Dia tidak ingin bergantung terhadap pandangan media tentang Islam, kali ini dia lebih percaya kepada pikirannya sendiri. Semakin dia tahu tentang Islam, semakin dia meyakini bahwa Islam adalah agama sempurna yang selama ini dia cari-cari.
Pertanyaannya dari sejak usia 14 tentang “dari mana saya datang, ke mana saya akan pergi, dan untuk apa saya hidup?” Dia mendapatkannya dari agama Islam. Baruluah Pada usianya yang ke-18 Maeno memutuskan untuk bersyahadat.
Di Damaskus, Suriah Maeno melanjutkan studinya di Institut Islam Abu Noor yang terkenal.
Dia juga merasa terhormat untuk mempelajari ilmu-ilmu Islam dengan beberapa ulama terkemuka di zaman modern. Dia menerima lisensi mengajar dalam berbagai mata pelajaran dari salah satu ulama terbesar di zaman kita, Syekh Muhammad al-Yaqoubi, mempelajari Aqidah, Fiqih, Hadits dan Suluk di bawah bimbingannya.
Dia juga mempelajari banyak mata pelajaran lain, misalnya, Ulum al-Hadits, Tafsir, dan Tajwid dengan berbagai ulama terkenal seperti Syaikh Tawfiq al-Buti, Syaikh Muhammad Mujir al-Khatib, Syekh Badruddin Naji, Syekh Taha Sukkar, Syekh Adnan Darwish, dan almarhum Syekh Sadiq Habannaka (Semoga Allah menunjukkan kepadanya rahmat).
Pada tahun 2006, Syekh Ahmad kembali ke negara asalnya di Jepang untuk menyampaikan pesan Islam kepada rakyatnya dan menyebarkan ajaran Islam. Dia mengajar secara pribadi, dan juga memberikan kuliah di berbagai masjid di seluruh Jepangi.
Dia meringkaskan pendekatannya sebagai berikut: menyampaikan pesan “Wasatiyyah (Jalan Tengah) Islam”, Cinta Allah dan Utusan-Nya, damai dan berkah besertanya, dan memanggil orang-orang kepada Allah, bukan menghakimi mereka. []
SUMBER: SACREDKNOWLEDGE | GANA ISLAMIKA