Oleh: Putri Irvanna
PERNAHKAH kita berpikir bahwa begitu indahnya Allah SWT merangkai perjalanan waktu ke waktu dalam kalender muslim dengan memberikan momen-momen spiritual untuk para hamba-Nya? Tidakkah kita sadari bahwa di setiap momen itu, Allah SWT memberikan proses taqwin (pembentukan) dan tarbiyah (pendidikan) bagi hamba-Nya?
Spirit perbaikan
Momen itu berawal dari 1 Muharram. Momen yang mana disebutkan sebagai Tahun Baru Islam merupakan awalan dari sistem penanggalan Islam. Ada spirit hijrah pada momen ini, spirit untuk menuju ke arah kebaikan. Secara historis tercatat bahwa hijrah adalah momen yang menjadi titik balik sejarah perjuangan di masa awal penyebaran agama Islam.
BACA JUGA: Perayaan Tahun Baru dalam Kacamata Islam
Hijrah dari segi bahasa berarti “berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain” atau meninggalkan suatu perbuatan”, sehingga dapat dipahami bahwa hijrah melahirkan dua kategori yaitu hijrah lahiriyah dan hijrah maknawiyah. Hijrah lahiriyah dengan berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lebih baik dengan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik daripada sebelumnya, untuk dunia dan akhirat. Adapun hijrah maknawiyah dengan meninggalkan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS.59:18)
Spirit keteladanan
Dua bulan berikutnya adalah momen Hari Maulid pada 12 Rabiul Awal. Momen lahirnya Rasulullah SAW ini pun dapat kita syukuri dengan semakin kuatnya meneladani beliau. Kekaguman tidaklah hanya sebatas kekaguman. Tapi kekaguman itu dimasukan dalam relung-relung perilaku kita di setiap waktu.
Agar tepatlah sudah kita memosisikan Rasulullah Muhammad SAW adalah idola bagi hidup kita. Dialah idola di atas idola. Idola yang mampu mencengangkan dunia dengan membangun sebuah peradaban. Idola yang sangat sederhana, tawadhu, dan zuhud. Yang selalu mementingkan umatnya di atas kepentingan dia bahkan kepentingan keluarganya.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah,” (QS. 33:21)
Spirit penguatan
Adalah momen Isra’ Mi’raj pada 27 Rajab yang menjadi momen spiritual berikutnya. Momen yang mana sejarah mencatat, peristiwa ini menggemparkan seluruh jazirah Arab. Rasulullah SAW yang kala itu masih dilanda kesedihan yang sangat dengan kepergian istri tercintanya, Khadijah r.a beserta pamannya Abu Thalib dalam waktu yang berdekatan, seolah-olah kehilangan sandaran dan pijakan yang menguatkan dakwahnya. Ditambah lagi tekanan secara fisik dan psikologis dari para Kafir Quraisy sehingga semakin menggenapkan beratnya perjuangan dakwah yang beliau tempuh.
Di saat itulah ternyata Allah SWT menurunkan curahan kasih sayang untuk sang kekasih. Di suatu malam, di tengah rintihan kesedihan, terkenang akan getir dan pahitnya perjuangan, tiba-tiba saja Maha Pemilik Kesenangan dan Kesedihan mengajaknya untuk “jalan-jalan” menyusuri napak tilas perjuangan para pejuang sebelumnya, yaitu para nabi. Bahkan, tak hanya berhenti di situ.
Rasulullah dibawa serta melihat langsung kebesaran singgasana Ilahiyah di Sidratul Muntaha. Sungguh, suatu kesejukan yang menyirami kobaran ‘kepenatan’, suatu refleksi kebahagiaan yang tak terhingga. Pada momen ini, Allah SWT mengajak Rasulullah SAW untuk menguatkan tekad, melapangkan dada, menyingsingkan lengan baju untuk menatap dengan gagah melangkah ke depan dalam menegakkan dinul Islam.
Pada momen ini pula, terselip perintah yang bersejarah bagi kaum Muslim. Perintah yang berbeda dari perintah-perintah lainnya dari Allah SWT. Inilah perintah shalat lima waktu sehari semalam, yang tidak dibawa langsung oleh Jibril a.s kepada Rasulullah SAW, tetapi Rasulullah diperintahkan untuk datang sendiri menjemput perintah tersebut.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” (QS.17:1)
Spirit menahan hawa nafsu
Momen 1 Ramadhan kemudian datang pada 2 bulan berikutnya. Betapa momen Puasa ini begitu hebatnya Allah SWT perintahkan setelah ibadah shalat benar-benar melekat erat dalam jiwa kaum mukminin. Karena dengan begitu, semakin kuatlah para mukmin menjalankan momen spiritual ini.
Ada sapaan lembut di awal surat Al Baqarah ayat 183 yang mengiringi perintah puasa ini. Nikmatnya momen ini tidaklah hanya adanya ampunan yang luas, keberkahan yang besar, pahala yang berlipat, tetapi juga dari sisi hikmah yang luar biasa. Misalnya dari sisi kesehatan, yang mana dengan momen spiritual ini, tubuh kita kembali menata, mengatur dalam kondisi dasarnya.
Jika 11 bulan sebelumnya kita boleh makan dan minum sesuka hati, maka di momen ini, kita diatur dalam memasukkan makanan dan minuman ke dalam tubuh kita. Bagi penderita Diabetes, gula darah akan turun perlahan, mendekati garis normal, dengan adanya pola makan sahur dan berbuka. Allah menciptakan tubuh manusia dengan sempurna, sehingga Allah pula-lah yang menciptakan aturan-aturan yang sempurna untuk menjaga kesempurnaan tubuh tersebut.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al Baqarah: 183)
Spirit kemenangan
Setelah kurang lebih 30 hari bulan Ramadhan, akhirnya tibalah pada momen Idul Fitri pada 1 Syawal yang menjadi momen spiritual yang selalu dinanti-nanti. Betapa senangnya, setelah menjalankan beban berat untuk menahan hawa nafsu yang diperintahkan Allah SWT dengan ikhlas penuh ketaatan dan ketaqwaan, maka pada momen inilah adanya kebahagiaan untuk memulai keadaan yang baru dengan jiwa yang baru.
Pasca ditempa untuk mensucikan diri, maka momen ini mengawali kepemilikan jiwa yang bersih serta terkendali dari dosa. Momen idul fitri menjadi sarana untuk semakin mendekatkan kita kepada Rabb dengan munculnya kesadaran menghamba pada Allah SWT, serta menjadi sarana untuk menjalin dan mempererat hubungan sesama manusia dengan saling maaf-memaafkan.
“Mereka itu akan ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka itu menyambung tali hubungan baik dengan Allah SWT dan tali hubungan baik dengan sesama manusia”. (QS.3: 112)
Spirit muhasabah
Selang dua bulan, Allah menurunkan momen spiritual pada 9 Dzulhijjah yaitu Wukuf di Arafah. Momen di mana jutaan jamaah haji berkumpul melakukan wukuf di padang Arafah dan bersamaan dengan itu, seluruh kaum muslim disunnahkan melakukan puasa Arafah. Sungguh, momen ini mengingatkan kita bagaimana nantinya hari Kebangkitan. Wukuf di Arafah layaknya miniatur berkumpulnya kita semua nanti di padang Mahsyar.
Hari di mana nantinya tak ada satupun perbuatan yang tidak dimintai pertanggungjawabannya. Suasana dengan terik yang panas, jutaan jamaah haji digembeleng untuk berdiam diri dengan kesabaran dalam perjuangan, jika mau bertawakal, insya Allah dapat menjadi pribadi yang luhur dan haji yang mabrur.
“Di tempat itu (padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan,” (QS.10:30)
Spirit pengorbanan
Dan besoknya, ada momen Idul Adha pada 10 Dzulhijjah yang menjadi momen jutaan kaum muslimin menunaikan haji ke Baitullah. Adanya anjuran berkurban bermula dari turunnya perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim a.s untuk menyembah putranya Nabi Ismail a.s.
Deras hati Ibrahim manakala anak yang dicintainya, ternyata diperintahkan oleh Allah SWT untuk disembah dengan tangannya sendiri. Namun, Ismail sebagai anak yang taat pada Rabb-nya, menguatkan tekad ayahnya bahwa jika itu perintah Allah, maka laksanakanlah.
BACA JUGA: Asal Usul Kalender Hijriyah
Sungguh, tercerminkan potret kisah makhluk yang begitu mencintai Allah di atas rasa cintanya pada segala apapun. Pengorbanan apapun siap dilakukan karena semata-mata perintah Allah SWT.
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),” (QS. 22:34)
Demikianlah perjalanan momen-momen spiritual yang Allah berikan untuk hamba-hambaNya dalam satu tahun perputaran waktu. Indah bukan?
Semoga tidak pernah ada semangat yang berhenti bagi kita untuk terus menggali berjuta-juta inspirasi dari Alquranul Karim. Wallahu’alam bishawab. []