ABU Bakar adalah salah seorang yang sangat dihormati dikalangan orang-orang Makkah, selain karena kemuliaan budi pekertinya, kejujuran, kecerdasan, kecakapan, berkemauan keras, pemberani dan dermawan, dia juga berasal dari keturunan yang mulia dari Bangsa Quraisy. Nasab kedua orang tuanya bertemu dengan nasab Rasullullah SAW pada Murrah Bin Ka’ab, kakeknya. Namun demikian, pilihannya untuk masuk agama Islam membuat orang-orang Makkah mengabaikan kedudukan dan kemuliaannya.
Tidak mudah bagi Abu Bakar untuk menjalankan ibadah sebagaimana sahabat-sahabat yang mula-mula memeluk Islam, gangguan dan siksaan juga dialaminya. Ketika penganiayaan dan tekanan semakin dahsyat,dia meminta ijin kepada Rasullullah SAW untuk berhijrah ke Habsyi, dan Rasullullah SAW pun mengijinkannya. Ketika perjalanannya sampai pada tempat bernama Barkulimat, Abu Bakar RA bertemu dengan Ibnu Addaghnah, pemimpin suku setempat. Ketika ditanya tentang perjalanannya tersebut, Abu Bakar RA menjawab, “Aku dipaksa keluar dari Makkah oleh kaumku, dan aku ingin hijrah di muka bumi sehingga aku dapat beribadah kepada Rabbku.”
Mendengar jawaban itu, Ibnu Addaghnah berkata, “Orang seperti engkau wahai Abu Bakar, tidak boleh pergi atau diusir. Engkau selalu menolong orang yang miskin, suka bersilaturahmi, membantu orang yang sengsara dan lemah, dan menghormati tamu. Aku bersedia menjadi pelindungmu. Kembalilah ke Makkah, dan sembahlah Tuhanmu di negerimu.”
‘Pelindung/Melindungi’ adalah budaya yang sangat dihormati di kalangan suku-suku Arab. Begitu seorang yang punya pengaruh menyatakan diri sebagai “Pelindung” bagi seseorang, maka harta, darah dan kehormatan orang tersebut aman dari gangguan dan siksaan orang-orang sekitarnya. Budaya ini pula yang membantu Nabi SAW mendakwahkan Islam di tengah penolakan dan permusuhan kaum kafir Quraisy Makkah karena Abu Thalib menyatakan diri sebagai ‘Pelindung’ Rasullullah SAW. Begitu Abu Thalib meninggal, Rasullullah SAW mengalami siksaan dan penghinaan yang tak kalah hebatnya dengan sahabat-sahabat beliau yang lain.
Abu Bakar kembali ke Makkah dan Ibnu Addaghnah mengumumkan tentang Perlindungan yang diberikannya kepada Abu Bakar, dia melarang siapapun untuk mengganggu Abu Bakar.
Orang-orang kafir Quraisy tak berkutik, tetapi mereka mengajukan syarat agar Abu Bakar tidak bersuara keras dalam beribadah, karena khawatir kaum wanita dan anak-anak mereka akan terganggu. Ibnu Addaghnah dan Abu Bakar menerima persyaratan itu.
Abu Bakar mendirikan mushalla di depan rumahnya, dia shalat dan membaca al-Qur’an di sana. Setiap kali selesai membaca al-Qur’an, dia selalu menangis, hal ini membuat wanita dan anak-anak orang kafir Quraisy jadi tertarik dan mulai terpengaruh dengan apa yang dilakukan Abu Bakar. Kaum kafir Quraisy pun jadi khawatir dan mengadukan ini pada Ibnu Addaghnah. Ibnu Addaghnah pun mendatangi Abu Bakar dan berkata, “Engkau telah mengetahui perjanjian dengan orang-orang Quraisy, hendaklah engkau menepati perjanjian itu, atau engkau kembalikan perlindunganku?”
Dengan jawaban yang menunjukkan keteguhan imannya, Abu Bakar pun menjawab, “Aku kembalikan janji perlindunganmu, dan aku ridha dengan perlindungan Allah SWT.”
Mulailah Abu Bakar mengalami tekanan dan siksaan dalam beribadah kepada Allah SWT sebagaimana sebelumnya.
Setelah memeluk Islam, Abu Bakar RA mengurangi aktivitas perdagangan yang sebenarnya cukup sukses, dan mengabdikan waktu, tenaga dan hartanya untuk agama yang diyakini kebenarannya itu. Tercatat beberapa sahabat utama menjadi muslim karena ajakan Abu Bakar, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Abdurrahman bin Auf. Mereka ini adalah sebagian dari sepuluh orang sahabat yang dijamin akan masuk surga sebagaimana diberitakan Nabi SAW pada Aisyah RA. Selain itu, Utsman bin Mazh’un, Abu Salamah bin Abdul Asad, Al Arqam bin Abil Arqam juga mengikuti ajakan Abu Bakar untuk masuk Islam pada periode awal.
Abu Bakar juga mengorbankan hartanya untuk menebus dan membebaskan budak-budak yang disiksa oleh tuannya karena memeluk agama Islam, di antaranya adalah Bilal bin Rabbah dan Ibunya, ‘Amr bin Farikhah, ibu dari Jubaish, Budak wanita dari Bani Muamil dan Hammamah, Zanirah, budak Umar bin Khaththab, dan lain-lain. []
Sumber: Kisah Sahabat Nabi/ Az-Zikr Studio/ 2016