DALAM perjalanan Hijrah ke Madinah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membonceng Abu Bakar di atas unta beliau. Abu Bakar seorang tokoh yang terkemuka dan dikenal masyarakat Arab dari berbagai kalangan, sedangkan Rasulullah ketika itu belum begitu dikenal oleh masyarakat Arab luar Mekah.
Datanglah seseorang yang bertanya kepada Abu Bakar, “Wahai Abu Bakar, siapa orang yang ada di depanmu itu?”
“Orang ini menunjukiku jalan.” jawab Abu Bakar.
Orang itu mengira bahwasanya Rasulullah adalah penunjuk jalan. Padahal yang dimaksud adalah menunjuki jalan kebaikan.
Bukan hanya Abu Bakar yang menjadi penolong Rasulullah dan Islam, akan tetapi keluarga Abu Bakar pun turut memberikan loyalitasnya dalam memperjuangkan agama yang dibawa Rasulullah. Salah satunya Asma binti Abu Bakar. Setelah kepergian ayahnya bersama Rasulullah ke Madinah, Abu Jahal bersama beberapa pembesar Quraisy menanyakan perihal ayahnya.
“Dimana ayahmu, wahai putri Abu Bakar?” tanya Abu Jahal.
“Demi Allah, aku tidak tahu dimana ayahku.” jawab Asma kepadanya.
Seketika Abu Jahal mengangkat tangannya dan menampar pipi Asma, hingga anting di telinganya terlepas.
Mendengar kepergian Abu Bakar, sang ayah Abu Quhafah mendatangi anak-anak Abu Bakar menanyakan keadaan mereka. Abu Quhafah adalah seorang yang buta matanya, ia berkata, “Demi Allah, aku melihat ayah kalian telah meninggalkan kalian dengan membawa harta dan jiwanya.”
Asma pun menjawab, “Tidak wahai kakek. Ia meninggalkan harta yang banyak untuk kami.”
Lalu Asma mengambil beberapa batu, diletakkannya batu itu di tempat Abu Bakar biasa menaruh hartanya lalu menutupinya dengan kain.
Asma pun berkata kepada kakeknya, “Letakkanlah tanganmu di atas harta ini wahai kakek.”
Abu Quhafah pun memegang tempat tersebut, lalu berkata, “Jika ia meninggalkan harta sebanyak ini, maka tidak mengapa. Kalian dapat mencukupi diri kalian dengan harta ini.”
Asma pun berkata selepas kakeknya meninggalkan tempat itu, “Padahal demi Allah, ia tak meninggalkan apapun untuk kami. Aku hanya ingin menenangkan orang tua itu dengannya. []
Sumber: Abu Jannah. Sya’ban 1438 H. Serial Khulafa Ar-Rasyidin, Abu Bakar ash-Shiddiq. Jakarta: Pustaka Al-Inabah.