Oleh: Ahmad Yusuf Abdurrohman
SAAT seseorang melakukan suatu pekerjaan atau hal apapun, tak akan ada yang luput dari pengamatan orang lain.
Dan pastinya, orang lain akan menilai apa yang dilakukan oleh seseorang tersebut. Tak jarang komentar-komentar pun berdatangan. Entah positif ataupun negatif.
Namun, tak selamanya kita harus mempedulikan apa yang orang lain katakan tentang hidup kita. Ucapan mereka sangatlah bagus jika dijadikan sebagai masukan. Tapi, hidup ini bukanlah untuk selalu melaksanakan apa yang orang lain anggap baik. Karena, Allah kemudian diri kitalah yang mengetahui apa yang terbaik untuk diri kita.
Ada sebuah kisah yang mengajarkan kita tentang hakikat hal ini.
Suatu ketika, ada seorang lelaki menaiki keledainya melewati suatu jalan. Sedangkan anaknya dibiarkan untuk berjalan di belakangnya. Orang orang yang melihatnya berkata, “Lelaki itu tidklah memiliki sifat kasih sayang. Bagaimana bisa dia menaiki keledai seddangkan anaknya yang masih kecil dibarkan berjalan di belakangnya?”
Mendengar apa yang mereka katakan, lelaki itu lalu turun dari keledainya. Dinaikkanlah anaknya yang masih kecil itu ke atas keledai. Sedangkan dirinya berjalan di belakangnya. Lalu, mereka melanjutkan perjalanan. Saat melewati suatu tempat yang lain, beberapa orang melihat Ayah dan anak itu. Mereka bekata, “Anak itu, tak punya rasa hormat kepada ayahnya. Bagaimana mungkin, dia menaiki keledai sedangkan ayahnya berjalan di belakangnya?”
Setelah lelaki itu mendengar apa yang dikatakan oleh orang-orang tai, maka ia segera ikut menaiki keledainya. Setelah melanjutkan perjalanan, keduanya kembali bertemu orang-orang lain yang menyaksikan apa yang mereka lakukan. Mereka berkata, “Kasihan sekali keledai itu. Dua orang menaiki dirinya. Bagaimana mungkin keledai sekecil itu kuat membawa dua orang di punggungnya?”
Mendengar hal itu, lelaki itu segera turun dan memerintahkan anaknya untuk turun dan berjalan bersamanya. Sedangkan lelaki itu menuntun keledai miliknya.
Orang-orang kembali berkomentar, “Lelaki itu bodoh. Bagaimana bisa dia bersama anaknya berjalan sedangkan mereka memiliki seekor keledai namun tak ada seorang pun yang menaikinya?
Mendengar ini, lelaki itu berkata kepada anaknya, “Wahai Anakku, Ucapan orang-orang tak akan berhenti mengomentari kita, meskipun keledai ini kita bawa di atas pundak kita.” [1]
Dari kisah yang pendek ini, kita bisa belajar bahwa tak selamanya kita harus menuruti apa yang orang lain ucapkan tentang hal yang kita kerjakan. Jadi, tetaplah menjadi diri sendiri meskipun kita tetap mempertimbangkan apa yang orang lain ssarankan untuk kebaikan kita. []
Referensi:
[1] Dikutip dari kitab Silsilah ta’lim lughotil Arobiyyah; Shorof jilid 3, halaman 44.