MOHAMMED Ayash hanyalah seorang bocah. Namun siapa sangka, berkat masker anti-gas air mata ‘buatannya sendiri,’ Ayash kini menjadi terkenal. Ayash mengenakan masker unik ini saat mengikuti aksi protes, bersama keluarganya di perbatasan Gaza, menuntut diakhirinya pengepungan dan Hak Kembali bagi para pengungsi Palestina.
Berikut adalah wawancara antara presenter TV Aljazeera dengan Mohammed Ayash.
Ibarat api dalam jerami, rekaman anak Palestina Mohammed Ayash menyebar, menjadi ikon baru bagi perjuangan Palestina melawan pendudukan Israel. Dia membuat sendiri masker anti-gas air mata. Masker ini untuk melindungi diri dan mengurangi dampak gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan Israel terhadap demonstran Palestina yang mengambil bagian dalam Aksi Pawai Hak Kembali. Ayash muncul di rekaman yang duduk di dekat pagar perbatasan mengenakan masker buatannya sendiri dan menaruh sepotong bawang di dalamnya, guna mengurangi dampak gas air mata Israel.
Jurnalis Aljazeera: Mohammed Ayash, bagaimana ide membuat masker anti gas air mata dan menaruh bawang di dalamnya muncul di pikiranmu?
Mohammed Ayash: Terus terang, ayah saya terluka saat Intifada Palestina Pertama, dan dia memberi tahu saya tentang itu. Saya mencoba membuatnya sendiri, dan saya berhasil. Saya tidak menyangka bahwa rekaman saya akan menyebar seperti ini.
Jurnalis Aljazeera: Rekaman Anda telah menyebar, dan Anda menjadi sangat terkenal di antara orang-orang sebagai anak yang berani membela hak Anda sendiri. Apakah keluargamu di rumah tahu Anda akan pergi ke tempat yang berisiko ini?
Mohammed Ayash: Iya.
Jurnalis Aljazeera: Apa yang mereka katakan kepadamu?
Mohammed Ayash: Mereka senang saat mereka melihat foto saya.
Jurnalis Aljazeera: (Tertawa). Apakah kamu tahu di tempat Anda pergi, tentara penjajah Israel akan menembakkan peluru ke arahmu. Apakah kamu tidak takut?
Mohammed Ayash: Tidak. Saya tidak merasa takut pada mereka. Malah mereka merasa takut pada kita.
Jurnalis Aljazeera: Bagaimana bisa mereka merasa takut padamu? Padahal kamu tidak memiliki senjata. Mereka bisa menembakmu kapan saja.
Mohammed Ayash: Mereka (tentara Israel) pengecut. Ketika Anda mendekati mereka, mereka menjadi takut.
Jurnalis Aljazeera: Mereka takut pada seorang anak kecil sepertimu? Bagaimana bisa?
Mohammed Ayash: Mereka pengecut. Mereka tidak punya tanah di negara kita. Mereka berasal dari negeri lain. Mereka ingin merebut Yerusalem. Adapun Trump adalah orange kurang waras, yang memberinya wewenang untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Padahal Yrusalem adalah ibu kota abadi Palestina.
Jurnalis Aljazeera: Apa alasan dan tujuanmu pergi ke aksi pawai?
Mohammed Ayash: Tujuan saya adalah merebut kembali tanah saya, tanah leluhur saya, dan kenangan keluarga saya.
Jurnalis Aljazeera: Bisakah kamu melakukan ini dengan ancaman semua senjata dan penembak jitu Israel?
Mohammed Ayash: Saya bisa. Bahkan jika saya terbunuh, ada orang lain untuk melanjutkan perjuangan.
Jurnalis Aljazeera: Terima kasih Mohammed Ayash. []
SUMBER: PALESTINECHRONICLE, ALJAZEERA