JAKARTA—MAARIF Institute for Culture and Humanity memandang aspek kebijakan terkait OSIS juga merupakan salah satu pintu masuknya Radikalisme di Sekolah.
Disisi lain, Kabalitbang Kemendikbud Toto Supriyanto tidak menampik hal tersebut. Namun ia menyatakan, jika hanya mengandalkan kementeriaan untuk menangkal radikalisme, tidak akan bisa maksimal bekerja sendiri. Harus ada kerjasama semua pihak-pihak.
“Radikalisme tidak mengenal usia oleh itu harus di design metode pendidikannya, baik pendidikan agama standar Izin, yang dituntut kepada guru,” katanya kepada Islampos.com saat ditemui pada Seminar Diseminasi Hasil Penelitian yang mengangkat tema “Penguatan Kebijakan Ekstrakurikuler dalam Meredam Radikalisme di Sekolah” di Hotel Atlet Century Jalan. Pintu Satu Senayan, Gelora, Jakarta Pusat Jumat (26/1).
Ia menambahkan, Ide-ide ekstrem salah satu pintu masuknya melalui iming-iming jangka pendek, kondisi seseorang merasa termarjinalisasi, direndahkan namun mendapat pengakuan ditempat lain.
Menurutnya, terkadang guru disekolah itu terlalu otoriter, guru merasa paling baik dan benar. Ada tirani mulai dari menjawab persoalan pelajaran tidak boleh berbeda ia mencontohkan mengerjakan soal pilihan ganda. []
Reporter: Rhio