Apakah thalibul ‘ilm asy-syar’i atau santri, perlu memperhatikan masalah-masalah politik dalam maupun luar negeri, atau perlu mengabaikannya?
Di sini kita perlu menghindari dua sikap ekstrem, ifrath maupun tafrith.
1. Yang perlu dipahami, tugas seorang thalibul ‘ilm atau santri adalah mendalami ilmu syar’i, agar nantinya dia bisa menjadi ulama rujukan masyarakat. Karena itu, dia tidak boleh disibukkan dengan hal-hal yang membuatnya LALAI dari menuntut ilmu.
2. Tidak selayaknya thalibul ‘ilm atau santri, membahas intrik, gosip dan isu politik secara berlebihan, yang tidak bermanfaat bagi dirinya dan umat Islam, apalagi jika itu membuatnya lalai dari aktivitas mendalami ilmu syar’i.
BACA JUGA:Â Viral Santri Darul Arqom Garut Studi Tur Umrah ke Makkah
3. Namun tidak selayaknya juga, seorang thalibul ‘ilm atau santri menutup mata dari berbagai peristiwa politik yang terjadi, yang membuatnya gagap terhadap realita, atau membuatnya salah bersikap dalam berbagai isu yang terjadi. Jika ini keterusan, khawatirnya saat dia ‘diangkat’ oleh masyarakat jadi rujukan, malah fatwa-fatwanya nanti jauh dari kebenaran.
Jadi seorang thalibul ‘ilm atau santri, harus memiliki kemampuan memilah peristiwa apa yang perlu diperhatikannya, dan isu apa yang perlu diabaikannya. Dan yang lebih penting, dia perlu memahami siyasah syar’iyyah secara baik, yang berinteraksi secara dinamis dengan realita kekinian. Tujuannya, agar dia tidak menjadi alim jumud nan rabun yang malah menjatuhkan umat Islam pada kerusakan, karena fatwa-fatwa buruknya nanti. []
SUMBER: MUHAMMAD ABDUH NEGARA