‘Umar ibn al-Khattab adalah khalifah kedua, dan satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga.
‘Umar dulunya adalah seorang tentara – salah satu yang terbaik. Tapi saat dia menjadi khalifah, para sahabat yang lain menolaknya ke medan perang. Umar tentu saja tidak setuju dengan mereka, namun pada akhirnya dia lebih banyak tinggal di Madinah saat pertempuran terjadi. Namun dia selalu memanjatkan satu doa, baik secara terang-terangan maupun pribadi, di seluruh waktu kekhilafahannya: “Allahumma ruziqniy shahaadah,” yang artinya “Ya Allah, berikanlah kepadaku mati syahid.”
Karena doanya itu, orang-orang mengatakan kepadanya bahwa dia gila—bagaimana Umar bisa berdoa seperti itu sementara dia adalah seorang Khalifah, semua orang di kota itu adalah umat Islam! Dan, karena sebagai Khalifah, Umar tidak diizinkan ke medang perang. Tapi MasyaAllah, Allah tahu ketulusannya, dan menjawab doanya.
Saat berada di Madinah, ada seorang budak berkeyakinan Majusi. Namanya Abu Lulu’ah. Abu Lulu’ah adalah pandai besi ahli, ditangkap saat penaklukan Nahawand. Dia berada di Madinah, mengerjakan beberapa hal yang sesuai dengan kemampuannya untuk kaum Muslimin. Namun, tuannya, meskipun juga seorang Muslim—ingin mendapatkan banyak darinya. Abu Lulu’ah merasa diperlakukan tidak adil.
Mengetahui reputasi ‘Umar soal keadilan, Abu Lulu’ah pergi menghadap Umar dan mengatakan kepadanya: “Mintalah pada tuanku untuk mengurangi apa yang dia bebankan kepadaku.”
Dan ‘Umar engatakan kepadanya: “Bersabarlah.”
Abu Lulu’ah marah-marah! Dan dia pergi dengan marah.
Sementara itu, ‘Umar pergi ke tuan Abu Lulu’ah, dan menyuruhnya untuk mengurangi apa yang dia bebankan kepada Abu Lulu’ah, yang dia setujui.
Tanpa diketahui oleh siapapun, Abu Lulu’ah sudah ditelan oleh kemarahannya. Sebagai pandai besi, dia membuat pisau-pisau khusus, terbuat dari dua bilah melengkung, dan terbuat dari batu. Dia membeli racun, dan merendam pisaunya di dalamnya. Dia bertanya kepada orang yang menjual racun itu, “Jika aku menusuk seseorang dengan ini, apakah ada kemungkinan mereka akan bertahan?” Dan orang tersebut berkata, “Tidak.”
Pada saat itu, ‘Umar akan memimpin shalat di masjid. Di waktu fajar, Abu Lulu’ah menyelinap masuk ke masjid. Setelah shalat dimulai, sementara ‘Umar sedang khusyuk melaksanakan shalat, Abu Lulu’ah melompat keluar dan menikamnya.
Abu Lulu’ah berbalik untuk melarikan diri; namun kaum Muslimin yang sedang shalat begitu dekat satu sama lain, dan dia tidak bisa melarikan diri. Akhirnya Abu Lulu’ah menusuk siapapun yang menghalanginya jalan keluar. Dia membunuh beberapa sahabat (hampir selusin), sampai salah satu dari mereka melemparkan kain ke atasnya dan meringkusnya ke lantai. Abu Lulu’ah kemudian melakukan bunuh diri.
Sekarang, bayangkan: Fajar di masjid, dan Khalifah terbaring di lantai di genangan darah. Satu narasi mengatakan bahwa saat itu, pada saat itu, ‘Umar mengatakan, “Selesaikan shalat, selesaikan shalat!”, karena matahari akan segera terbit. MasyaAllah!
Mereka tahu ‘Umar akan segera meninggal. Luka-lukanya parah sekali. Ketika dia menyadari siapa yang menikamnya, Umar berkata bahwa kenapa orang itu menikamnya, padahal Umar sudah meminta tuan Abu Lulu’ah untuk menurunkan bebannya.
Umar mengirim utusan ke ‘Aisyah. Abu Bakr dan Nabi dimakamkan di rumah Nabi, dan ada tempat untuk satu kuburan lagi. Jadi dia mengirim seorang utusan ke ‘Aisyah, dan memintanya untuk bertanya apakah dia bisa dikuburkan di tempat itu.
‘Aisyah menceritakan: “Aku sedang berpikir untuk memiliki tempat itu untuk aku sendiri, tapi …” dan dia memberikannya kepada Umar. Ketika utusan itu kembali, ‘Umar mengatakan kepadanya, “Pergilah lagi, dan kali ini, beritahu Aisyah bahwa Umar ibn Al-Khattab yang meminta, bukan Amirul Mukminin.”
MasyaAllah! Bahkan pada saat kematiannya, ia khawatir bahwa ia menggunakan posisinya untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Maka utusan itu kembali, dan ‘Aisyah berkata, “Ya, berikan padanya.”
Jadi Umar meninggal, dan mereka menguburkannya di samping makam Nabi dan Abu Bakr.
Dalam waktu dan tempat yang paling tak terduga—khalifah sedang sholat di masjid, dikelilingi oleh umat Islam—Allah menjawab doa Umar dan menjadikannya syahid.
Adapun orang yang menyediakan racun untuk Abu Lulu’ah, muncul kembali saat pembunuhan ‘Utsman. []