FATHIMAH dilahirkan lima tahun sebelum Rasulullah diutus menjadi seorang Nabi. Nabi menikahkannya dengan Ali pada tahun 2 H setelah perang Badar.
Suatu ketika Ali bin Abi Thalib mendatangi Rasulullah untuk meminang Fathimah . Ketika duduk di hadapan Nabi Ali tidak dapat berbicara sepatah kata pun. Maka Rasulullah bertanya, “Ada keperluan apa engkau datang kemari?
BACA JUGA: Wasiat Nabi Muhammad pada Ali dan Fathimah
Apakah engkau punya keperluan?”
Ali tetap terdiam.
Nabi berkata, “Apakah engkau datang untuk meminang putriku, Fatimah?”
Ali berkata, “Benar.”
Rasulullah bertanya, “Apa engkau memiliki sesuatu sebagai maharnya?”
Ali berkata, “Demi Allah aku tidak punya wahai Rasulullah.”
Rasulullah berkata, “Bagaimana dengan baju besi yang aku berikan padamu? “Demi Allah yang jiwa Ali berada di tangan-Nya, itu adalah baju besi Hathamiyyah seharga 400 dirham.”
Ali menjawab, “Ya, aku punya.”
Rasulullah bersabda, “Aku menikahkanmu dengannya. Utuslah seorang untuk menemui Fathimah, untuk menghalalkannya dengan membawanya baju besi.”
Itulah mahar Fathimah binti Rasulullah Saw. Kemudian Rasulullah menyiapkan Fathimah dengan Qathifah (selimut beludru), sebuah Qirbah (tempat minum dari kulit) dan sebuah bantal kulit yang berisi tanaman idzkhir.
BACA JUGA: Ummu Kultsum Tolak Lamaran Amirul Mukminin
Rumah tangga Ali dan Fathimah adalah rumah tangga yang penuh dengan kezuhudan.
Dari Asy-Sya’bi, Ali berkata, “Ketika aku menikahi Fathimah, kami tidak memiliki apapun untuk dijadikan kasur selain kulit domba. Kami tidur beralaskannya pada malam hari dan kami menjadikannya wadah makanan ternak kami pada siang hari. Aku tidakmempunyai pembantu selainnya (Fathimah).” []
Sumber: Ali bin Abi Thalib sepupu dan Menantu Rasulullah/ Abu Jannah/ Pustaka Al-Inabah/ Mei, 2017