MENIKAH bukan hanya menyatukan dua hati. Menikah adalah salah satu ibadah sunnah yang sangat penting dan sakral dalam Islam. Itu sebabnya pernikahan disebut suatu mitsaqa ghalizan (Perjanjian yang sangat berat dan kuat). Sehingga persiapan menikah menjadi sangat penting untuk kita.
Pernikahan ini akan kita pertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Untuk itu sebelum kita benar-benar memutuskan untuk menikah, kita harus paham, apa tujuan menikah?
Salah satu tujuan menikah dalam Islam adalah beribadah kepada Allah dan dengan menikah dapat menyempurnakan ibadah seorang Muslim.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits: “Barangsiapa menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh ibadahnya (agamanya). Dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT dalam memelihara yang sebagian lagi.” (HR. Thabrani & Hakim).
BACA JUGA: Benarkah Dia Jodohmu? Di Al-Quran Sudah Disebutkan, Cek Tandanya!
Apabila tujuan utamanya adalah dalam rangka beribadah kepada Allah tentu akan bernilai pahala dalam setiap langkahnya.
“Shalat dua rakaat dari orang yang telah menikah lebih baik daripada delapan puluh dua rakaatnya orang yang bujang” (HR. Tamam)
Ma syaa Allah, betapa Maha PemurahNya Allah kepada mereka yang menikah sampai-sampai ibadahnya pun dinilai berlipat-lipat ganda pahalanya.
Selain itu pernikahan juga sebagai wadah terciptanya generasi rabbani, penerus perjuangan menegakkan agama islam dengan lahirnya anak yang shalih/shalihah akan menjadi penyelamat bagi kedua orang tuanya dan juga umat islam.
Pernikahan juga bisa sebagai sarana pendidikan dan ladang dakwah.
Dengan menikah kita akan banyak mendapatkan pelajaran-pelajaran dan hal-hal baru selain itu pernikahan menjadi salah satu sarana dalam berdakwah, baik dakwah ke keluarga maupun masyarakat.
Ada beberapa langkah persiapan menikah yang harus kita tempuh agar kita benar-benar siap melangkah menuju jenjang pernikahan.
Pernikahan menuju rumah tangga sakinah, mawaddah warahmah tidak tercipta begitu saja tapi butuh persiapan yang matang. Kebanyakan kita ngebayangin yang enak-enaknya saja, engga enaknya juga tentu ada.
Terlebih lagi bagi seorang muslimah karena setelah menikah dengan berubahnya status menjadi istri, banyak kewajiban-kewajiban dalam agama yang harus ditunaikkan.
Salah satu kewajiban istri adalah menjadi ummu wa rabbatul bait yaitu menjadi ibu bagi anak-anaknya sekaligus manajer rumah tangga.
Rasulullah SAW bersabda: “Seorang wanita adalah pengurus rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepengurusannya.” (HR Muslim)
Dan ingat, salah satu syarat yang dapat menghantarkan seorang istri masuk surga adalah mendapatkan ridho suami. Tentulah kita berharap mendapat suami yang sholih yang paham akan hak dan kewajiban dirinya dan juga istrinya.
“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (Q.S An-Nur:26)
Berdasarkan ayat diatas, jelaslah bahwa untuk mendapatkan suami yang sholih seorang muslimah harus memantaskan diri pula menjadi wanita yang sholihah dengan mengetahui berbagai hal persiapan pra nikah.
Persiapan Menikah 1. Memiliki Visi & Misi Keislaman
Pernikahan tanpa tujuan (visi) dan arah (misi) yang jelas itu ibarat biduk yang berlayar tanpa peta, tanpa arah dan tujuan.
Maka kita perlu belajar dan memahami bagaimana membentuk keluarga yang ideologis, keluarga yang menjadikan islam sebagai pondasinya.
BACA JUGA: Jima tanpa Sehelai Benang, Suami Istri Bolehkah?
Ini agar rumah tangga benar-benar bernilai ibadah dan dapat terciptanya rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah.
Persiapan Menikah 2. Memiliki Kedewasaan dan kematangan kepribadian
Menikah dan hidup berumah tangga tentu memerlukan kedewasaan dan kematangan kepribadian.
Maksudnya pola pikir maupun pola sikap kita harus kuat, benar-benar berlandaskan islam karena ketika ada masalah kita tidak mudah mengeluh dan putus asa serta tidak mudah terombang-ambing atau terpengaruh akan godaan.
Hal ini juga sangat penting sebagai langkah untuk menerima pasangan kita apa adanya bukan ada apanya.
Kita akan belajar untuk mengenal pasangan kita. Seorang laki-laki yang menjadi suami kita, sejatinya adalah orang yang asing bagi kita. Meski sudah ada tahap ta’aruf, tentu engga semua seluk beluk kita ketahui kan?
Misalnya latar belakang keluarga, pendidikan, suku, dan kebiasaannya tentu sangat jauh berbeda dengan kita.
Bila kepribadian kita labil, bisa jadi pemicu timbulnya perbedaan dan persoalan dalam pernikahan untuk itu harus ada kedewasaan, kematangan kepribadian serta kesiapan untuk menerima perbedaan dengan segala kekurangan dan kelebihan pasangan.
Persiapan Menikah 3. Kesiapan Psikologis
Sebuah pernikahan tidaklah selalu berjalan mulus. Kadang engga seindah yang kita bayangkan, untuk menghadapi berbagai tantangan/ujian yang akan dihadapi selama hidup berumah tangga.
Kita harus punya kesiapan tertentu secara psikis karena seringkali secara psikologis/mental kondisi seseorang belum siap bisa membuat pasangan suami istri tidak siap dengan berbagai kondisi pasca nikah.
Misalnya ketika nikah dengan suami yang ternyata memiliki penghasilan pas-pasan, jika secara psikologis/mental belum siap bisa jadi terbesit rasa penyesalan dan akhirnya berujung pada sikap yang tidak menghormati dan menghargai suami.
Persiapan Menikah 4. Kesiapan Fisik
Ada beberapa hal yang menjadi syarat dalam pernikahan menurut islam yang berkaitan dengan fisik. Terutama faktor yang mempengaruhi masalah reproduksi.
Engga ada salahnya bila melakukan medical check up pra nikah agar saat nanti menikah benar-benar dalam keadaan fit dan dengan kesehatan yang prima.
In syaa Allah kita bisa menjalankan tugas sebagai istri secara optimal.
https://www.youtube.com/watch?v=ifB6EwhYJHE
Persiapan Menikah 5. Kesiapan Sosial
Setelah menikah, tentu kita mulai beradaptasi dengan lingkungan baru dan orang-orang baru seperti keluarga besar suami, teman-teman suami dan juga lingkungan masyarakat.
Jadi, kita harus tahu gimana cara membangun interaksi dengan mereka apalagi yang setelah menikah masih tinggal satu rumah dengan orang tua atau mertua.
BACA JUGA: Menikah Muda, Trend?
Tentu aja persiapan-persiapan diatas engga gitu aja dapat kita raih, melainkan butuh waktu dan proses belajar terus-menerus.
Jadi buat para jomblo sibuklah masa menanti dengan memperbanyak menuntut ilmu khususnya ilmu agama serta meningkatkan kualitas diri dan iman sebagai bekal membina rumah tangga di masa depan.
Bukan malah sibuk baper sana baper sini karena menikah bukan hanya agar bisa pacaran secara halal aja, tetapi juga ada tanggung jawab besar dalam hal dunia dan akhirat yang menanti di dalamnya.
In syaa Allah, segala sesuatu telah Allah siapkan tersendiri, perihal kapan waktunya bukanlah menjadi masalah. Karena yang penting adalah saat dipertemukan sama-sama saling siap dalam kemantapan iman dan hati. []
By: Ummu Jeevan | indri.poetri@gmail.com