CHRISTCHURCH — Dua orang muslim mencetak sejarah baru di Christchurch, Selandia Baru. Mereka adalah Gamal Fouda dan Zahra Hussaini. Keduanya maju sebagai muslim pertama yang mencalonkan diri menjadi kandidat dari minoritas agama dalam pemilihan lokal.
“Toleransi dan pemahaman terhadap budaya lain sangat penting dan itu akan menciptakan kohesi dan harmoni dalam masyarakat kita,” kata kandidat dewan Komunitas Riccarton Gamal Fouda kepada Radio Selandia Baru.
BACA JUGA: Istri Korban Serangan Teror di Christchurch Lahirkan Bayi Perempuan, Inilah Namanya
Fouda, yang datang dari Mesir pada 2003, adalah imam di Masjid Al Noor Christchurch. Dia mengatakan kepada RNZ bahwa serangan teror terhadap dua masjid di Christchurch Maret 2019 lalu membuatnya menyadari dirinya perlu keluar dan mulai membangun jembatan dengan orang-orang di tengah masyarakat secara bersama-sama.
Fouda mengatakan dia ingin bekerja dan mewakili semua orang, mendengarkan ide-ide mereka dan “memerangi rasisme di lingkungan itu.”
Kandidat kedua adalah Zahra Hussaini, kandidat dewan Komunitas Waimari, menjadi muslimah pertama dalam pemilihan tersebut. Dia senang dengan hasil pemilihan kandidat orang yang beragam dan bersemangat menangani masalah kualitas air, perumahan, pemuda dan perubahan iklim.
Hussaini mengatakan dia telah berpikir tentang memasuki politik selama lebih dari setahun. Dia memiliki ijazah dalam ilmu terapan tetapi menunda studinya setelah teror 15 Maret lalu.
“Saya mungkin wanita Muslim pertama yang berlari … dengan jilbab,” kata Hussaini.
“Saya selalu menghargai memberi kembali kepada masyarakat. Saya tumbuh di sebuah pertanian di Iran dan kemudian saya pindah ke Selandia Baru. Mampu mengambil langkah ini dan menjadi suara bagi tidak hanya komunitas Muslim tetapi juga komunitas yang lebih luas adalah penting,” lanjut Hussaini.
“Inilah saya sebagai pribadi dan merupakan bagian dari iman saya – mampu melayani masyarakat,” tegasnya.
BACA JUGA: Cerita Megan Lovelady, Masuk Islam Pasca Tragedi Christchurch
Islam di Selandia Baru dianut oleh sekitar 1% dari total populasi. Sejumlah kecil imigran Muslim dari Asia Selatan dan Eropa Timur menetap di Selandia Baru dari awal 1900-an hingga 1960-an.
Imigrasi Muslim skala besar dimulai pada 1970-an dengan kedatangan orang-orang Indian Fiji, diikuti pada 1990-an oleh para pengungsi dari berbagai negara yang dilanda perang. Pusat Islam pertama dibuka pada tahun 1959 dan sekarang ada beberapa masjid dan dua sekolah Islam di Selandia Baru. []
SUMBER: RNZ