PERTANYAAN terpenting dalam hidup adalah pertanyaan yang berhubungan dengan makna dan tujuan keberadaan manusia.
Alquran menjelaskan bahwa manusia telah ditempatkan di bumi ini untuk memanfaatkan potensinya yang sangat besar untuk berperilaku dengan cara yang akan memenuhi tujuannya dalam kehidupan.
“Dialah yang telah menciptakan kematian dan kehidupan sehingga Dia dapat menguji siapa di antara kamu yang paling baik dalam perbuatan.” (QS Al-Mulk: 2)
BACA JUGA:Â Empat Pelajaran dari Kehidupan Istri Nabi Khadijah
Al-Quran lebih jauh menjelaskan bahwa peran manusia di bumi adalah hidup sebagaimana Penciptanya menghendaki dia hidup; menyerah dan beribadah kepada-Nya saja.
Ini bukan karena Allah membutuhkan ibadahnya. Melainkan, karena manusia perlu menyembah hanya Penciptanya dan bukan yang lain sehingga sifatnya sendiri tidak sesat dan rusak, dan agar ia tidak hidup bertentangan dengan karakter intrinsiknya. Hanya dengan begitu menjalani kehidupannya di bumi akan berada di jalan yang benar dan makmur, memberinya kedamaian dan kebahagiaan.
“Aku belum menciptakan jin dan pria kecuali untuk melayani Aku. Saya menginginkan mereka tidak ada ketentuan; Aku juga tidak ingin mereka memberi makan Aku. Tentunya Allah Maha Penyedia; Pemilik Kekuatan.” (QS Az-zariyat: 56-58)
Manusia, tanpa sejarah ‘yang disebutkan’ sebelum kelahiran, telah diberikan kemampuan mendengar dan melihat (QS Ad-Dahr: 2), dua mata dan lidah, dan sepasang bibir (QS Al-Balad: 8-9 ), serta kemampuan untuk berpikir dan membedakan antara benar dan salah dalam menggunakan kebebasan kehendaknya.
Kehendak bebas dan akuntabilitas
Diberi kebebasan akan, penilaian tidak bisa dihindari. Manusia harus memberikan penjelasan tentang perilakunya dan harus menghadapi konsekuensi dari bagaimana ia menjalani hidupnya.
Jelas, untuk dihakimi secara adil, penghakiman ini harus dilakukan hanya setelah kehidupannya di bumi berakhir, dan hanya oleh Dia yang memberikan kehidupan ini, yang mengetahui segalanya, dan yang Mahakuasa dan Mahabesar.
Hanya dengan demikian ia dapat diadili secara adil, dan diberi imbalan dan hukuman yang layak, untuk semuanya – dari pikiran terdalamnya hingga konsekuensi dari perilakunya yang meluas ke mana-mana, dan melampaui kehidupannya untuk generasi yang akan datang.
“Apa! Apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakanmu hanya dalam permainan iseng, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Tetapi, yang ditinggikan adalah Allah, Raja; kebenaran! Tidak ada tuhan selain Dia, Penguasa Tahta Suci.” (QS Al-Mu’minun: 115-116)
Karena itu, tujuan akhir seseorang terletak pada Kehidupan yang Akan Datang, di Akhirat . Setiap orang akan diadili di sana dengan proses peradilan yang adil, seadil-adinya dan merata, penuh belas kasihan dan ramah. Tidak seorang pun akan dianiaya atau diperlakukan secara tidak adil meskipun seberat atom.
“Tentunya Allah tidak akan salah [bahkan] sebanyak berat atom.” (QS An-Nisa: 40)
“Kamu sedang dibalas hanya atas apa yang telah kamu lakukan sebelumnya.” (QS At-Tahrim: 7)
BACA JUGA:Â 9 Kunci Hidup Bahagia (1)
Jadi, segala sesuatu dalam hidup kita direkam. Bahkan insiden terkecil akan diputar ulang di depan mata kita pada Hari Pengadilan. Penghakiman itu akan bersifat final dan yang darinya tidak akan ada jalan keluar. Surga akan menjadi hadiah untuk keunggulan dalam berbuat baik, sementara api neraka akan menjadi hukuman bagi mereka yang tidak tahu berterima kasih dan terlibat dalam kejahatan:
“Perumpamaan Firdaus yang dijanjikan kepada mereka yang sadar akan Allah [adalah tentang Taman] yang melaluinya air mengalir: buah-buahnya akan kekal, dan [demikian pula] naungannya. Demikianlah nasib orang-orang yang tetap sadar akan Allah – sama seperti nasib orang-orang yang mengingkari kebenaran adalah api.” (QS Ar-Ra’d: 35)
Kelezatan dan kesenangan di akhirat, juga hukuman bagi mereka yang mengutuk kegelapan dan murka Allah dijelaskan dengan sangat terperinci dalam Alquran sehingga hampir seperempatnya terkait dengan Akhirah . Inilah yang disampaikan oleh Nabi dan inilah yang menanamkan makna dan tujuan hidup kita. []
SUMBER: ABOUT ISLAM