HIDUP Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam adalah dengan Allah (billah) dan semata untuk Allah semata. Walaupun beliau mesti berjihad, hidupnya dicurahkan untuk menyebarkan Islam, dan ia banyak menjumpai kesulitan dalam membimbing umat menuju hidayah, semua itu tak menghalangi Nabi untuk beribadah. Ia menghabiskan malamnya untuk berzikir kepada Allah.
`Aisyah menggambarkan sosok Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, “Jika Rasulullah berpuasa, kami mengira ia tidak akan berbuka. Dan jika tidak sedang berpuasa, kami mengira ia tidak akan berpuasa lagi.”
BACA JUGA: Berapa Kali Sangkakala Ditiup Malaikat Israfil pada Hari Akhir?
Abu al-Darda’ meriwayatkan bahwa, “Suatu ketika pada bulan Ramadhan, kami keluar bersama Rasulullah dalam cuaca yang sangat terik. Tidak ada yang berpuasa di antara kami selain Rasulullah dan Abdullah ibn Rawahah.”
Tasawuf harus mengutamakan ibadah, takwa, dan rasa takut kepada Allah, semua itu juga karena meneladani Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. Beliau memiliki rasa takut yang besar kepada Allah, betapapun ia begitu dekat dengan-Nya.
Jabir ibn Abdillah berkata, “Para malaikat mendatangi Nabi tatkala Nabi sedang tidur. Di antara malaikat itu ada yang berkata,`Nabi sedang tidur’.”
Sementara yang lain berujar, ‘Matanya memang terpejam, namun hatinya selalu terjaga.’
Yang lain berkata, ‘Sahabat kalian ini memiliki perumpamaan. Buatlah perumpamaan untuk dirinya.’
Malaikat lain menjawab, `Perumpamaannya begini. Ada orang yang tengah membangun rumah. Setelah bangunan berdiri, sebuah perjamuan disiapkan di dalamnya. Lalu, ia mengutus seseorang untuk mengundang orang lain. Yang memenuhi undangan tersebut akan memasuki rumah itu dan dapat menikmati jamuan yang tersedia. Sedangkan yang tidak memenuhinya tentu tidak akan memasuki kediaman itu dan menikmati perjamuan yang telah disediakan.’
BACA JUGA: Pertanyaan Malaikat di Dalam Kubur
Malaikat yang pertama berkata, `Lebih diperjelas lagi agar mudah terpahami’
Segera malaikat yang lain berkata, `Rumah itu adalah surga dan seseorang yang diutus itu adalah Muhammad. Siapa yang mematuhi Muhammad berarti telah mematuhi Allah. Sementara yang membangkang kepadanya berani membangkang kepada Allah. Muhammad akan menjadikan manusia sanggup melihat antara yang benar dan yang batil?” []
Sumber: Rabiah Al-Adawiyah/Penulis: Makmun Gharib/Penerbit: Zaman,2012