NABI Adam harus menjalani takdirnya setelah mendapatkan pelajaran berharga di surga. Yaitu, menjadi sang khalifah di bumi. Sebagai wakil-Nya, Allah pun berpesan sangat spesial pada Nabi Adam. Pesan ini diabadikan pada surat Al-Baqarah ayat 38-39 :
Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (38)
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (39)
Mengapa pesan ini disampaikan? Sebab di surga dan bumi itu sangat jauh berbeda. Walaupun sama-sama sebagai tempat tinggal dan bersenang-senang. Dimana perbedaannya?
Kesenangan di bumi ada batas waktunya. Jadi, bagaimana keterbatasan waktu bisa meraih kebaikan yang berlipat hingga tak terbatas? Kesenangan di bumi ada ukurannya, melampauinya berarti merusak dan menghancurkan diri sendiri. Jadi, bagaimana tidak melampui batas tersebut agar meraih kemanfaatan?
Perintah tinggal di surga, menggunakan kosa kata “Sakana” yang berarti diam, tenang dan teguh. Maka jiwanya akan mencapai “As-Sakiinah” yang berarti ketentraman dan ketenangan. Sedangkan kosa kata tinggal di bumi “Mustaqaar” yang berarti tempat tinggal, tak ada jaminan ketentraman.
Kesenangan di surga menggunakan kosa kata “kula”, yang berarti makan. Berarti kesenangan nyata. Sedangkan di bumi, menggunakan kosa kata “mataa'”, yang berarti kesenangannya mengandung keterlenaan yang bisa menimbulkan ancaman di kemudian hari. Sifatnya terbatas baik waktu, kualitas maupun kuantitasnya.
BACA JUGA: Mengapa Kisah Nabi Adam Dipaparkan di 7 Surat yang Berbeda?
Jadi, bagaimana menghadapi liku-liku di bumi? Hanya mengikuti petunjuk Allah sehingga seluruh kesedihan dan ketakutan dalam menjalani liku-liku di bumi menjadi hilang. Seluruh kesenangannya menjadi nyata bukan tipu daya. Bila membangkang, kehidupan menjadi siksaan. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter. Redaksi berhak melakukan editing terhadap naskah tanpa mengubah maksud dan tujuan tulisan.