HARI ini, melepas si anak perempuan nomor 1, ke Bandung. Tahun ini, Allah izinkan ia masuk Sastra Indonesia UPI. Saya, sebagai bapaknya, seperti biasa, memberikan pesan padanya. Setidaknya ada enam pesan saya padanya:
Pesan pertama: Apapun kondisimu, jangan pernah tinggalkan manset dan kaos kakimu. Jangan pernah kamu pendekkan jilbabmu. Bantulah ayah untuk meringankan semua hal tentangmu di hadapan Allah SWT kelak.
Pesan kedua: Kamu datang ke tempat ini dengan cara amat yang luar biasa. Kamu tidak datang dengan kondisi sangat lapang, namun juga tidak sempit. Selayaknya lah kamu turut bersyukur, dan menjadikan kamu di tempat ini berarti. Terutama untuk dirimu sendiri.
BACA JUGA: Pep dan Zlatan Ibrahimovic
Pesan ketiga: Jagalah senantiasa kehormatanmu sebagai seorang wanita. Kamu harus ingat, bahwa kamu akan dipertemukan dengan apa yang kamu cari di manapun kamu berada.
Pesan keempat: Sekarang kamu berada di salah satu masdar keilmuan di dunia ini. Yang sebelumnya tidak pernah kamu dapatkan di Purwakarta. Berusahalah untuk menggapai prestasi tinggi. IPK kamu harus bagus. Sebagus-bagusnya. Itu menunjukkan salah satu keseriusan kamu menuntut ilmu.
Pesan kelima: Kamu jangan diam. Bergabunglah dengan orang-orang, dengan banyak kegiatan mahasiwa, teater, klub baca, atau apapun itu. Karena, bergeraknya kamu di tempat kamu ini, akan memperkaya jiwa kamu, akan membuka cara bertindak kamu dalam menghadapi orang-orang. Kamu akan menemui banyak orang berbeda di sini. Kenalilah mereka. Belajarlah banyak dari mereka, karena setiap orang yang datang dalam hidupmu, dia akan memberimu 2 hal: jika bukan anugerah, maka dia akan jadi pelajaran.
BACA JUGA: Kue Kiriman, Dimarahi 2 Kali
Pesan keenam: Jangan pernah meninggalkan doa untuk kami, kedua orang tuamu. Sungguh, kami juga sangat membutuhkan doa-doa darimu.
Saat kami beranjak kembali pada Purwakarta, Masjid Daarut Tauhid yang tak pernah sepi, satu pelukan hangat dari si anak perempuan, tertinggal di baju kemejaku. []