MENUNTUT ilmu merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat islam, baik laki-laki maupun perempuan. Namun terkadang kewajiban ini banyak dilalaikan oleh umat muslim.
Mereka menganggap menuntut ilmu itu hanya berlaku untuk kalangan muda saja, sehingga kalau dirasa usianya sudah semakin matang, mereka merasa tidak perlu menuntut ilmu lagi.
Padahal, kewajiban menuntut ilmu itu berlaku dari sejak ia lahir ke dunia sampai ia meninggalkan dunia.
BACA JUGA: Dahulukan Ilmu Sebelum Ucapan dan Perbuatan
Saking pentingnya menuntut ilmu, Luqmanul Hakim, seseorang yang diberikan kemuliaannya oleh Allah SWT karena namanya menjadi salah satu surat dalam Alquran telah berpesan kepada para penuntut ilmu.
Menurut Syahr bin Hausyab telah mengatakan,”Ada informasi yang sampai kepadaku bahwa Luqmanul Hakim berpesan kepada putranya sebagai berikut:
“Wahai anakku, janganlah kamu mempelajari ilmu untuk menyobongkan diri dihadapan para ulama, untuk mendebat orang-orang yang bodoh, atau untuk memaerkan dirimu di berbagai pertemuan.
Janganlah kamu meninggalkan ilmu karena tidak suka kepadanya dan lebih suka kebodohan. Wahai anakku, pilihlah tempat pertemuan menurut pandanganmu sendiri.
Apabila kamu menjumpai suatu kaum yang sedang berdzikir menyebut nama Allah maka bergabunglah bersama mereka. Karena, jika kamu seorang yang alim maka ilmumu akan bermanfaat, atau jika kamu seorang yang bodoh tentu mereka akan mengajarimu.
Mudah-mudahan Allah menurunkan rahmat-Nya kepada mereka sehingga kamu pun akan mendapatkan bagian karena kamu menjaadi teman duduk mereka.
BACA JUGA: Ini Sebabnya Mengapa Ilmu Waris Sangat Penting dalam Islam
Sebaliknya, apabila kamu melihat suatu kaum yang tidak berdzikir kepada Allah, janganlah kamu duduk bersama mereka. Karena, jika kamu seorang yang alim maka ilmumu tidak akan berguna, dan jika kamu orang yang bodoh maka mereka akan makin menjerumuskanmu dalam kebatilan.
Barangkali Allah menurunkan azab-Nya kepada mereka sehingga kamu pun ikut mendapat bagian karena kamu menjadi teman duduk mereka,” (HR. Ahmad (1650). Sanadnya dishahihkan oleh Ahmad Syakir. []
Sumber: Syaikh Jamal Abdurrahman. Islamic Parenting Pendidikan Anak Metode Nabi. Solo: PT Aqwam Media Profetika