ABDUL Muthalib, kakek Muhammad ﷺ, memimpin delegasi Quraisy ke Yaman saat penobatan sang raja. Setelah bertemu dan memberikan sambutan penobatan. Sang raja yang bernama Saif bin Dzi Yazan memanggilnya dalam sebuah pembicaraan yang sangat rahasia. Sang raja berdiskusi tentang yang ditemukan dalam kitab suci dan buku kunonya yang menjadi koleksi pribadi yang selalu dijaganya. Ini hal berita agung, penting dan mulia bagi bangsa Arab, Quraisy dan Abdul Muthalib sendiri.
Sang raja bercerita, “Bila ada seorang anak yang lahir di Mekah yang kedua bahunya memancarkan keharuman, maka kelak dia akan menjadi pemimpin. Kamu akan meraih kemuliaan hingga Hari Kiamat nanti. Saat ini mungkin ia sudah lahir diasuh oleh kakek dan pamannya. Allah akan mengutusnya secara terang-terangan.”
“Kelak anak ini (Muhammad ﷺ) akan memuliakan pendukungnya dan mencela semua musuhnya. Ia dan pendukungnya membuat manusia waspada terhadap harta dunia. Bersama mereka pula, ditundukkan para penguasa dunia. Dihancurkan segala berhala. Dipadamkan api persembahan. Ia menyembah Sang Maha Penyayang dan dihalau setan Sabdanya adalah hukum. Hukumnya adalah keadilan. Memerintahkan kebaikan dan melaksanakannya. Melarang kemungkaran dan menjauhinya.”
Sang Raja melanjutkan, “Wahai Abdul Muthalib, engkaulah kakek anak itu. Jagalah cucumu. Lindungilah dari musuhnya. Seandainya aku masih hidup ketika ia dewasa, aku akan menjaganya dari marabahaya, dan melindunginya dari segala ganguan. Akan aku siarkan namanya, dan aku satukan bangsa Arab setelah ia dewasa.”
BACA JUGA: Asmaulhusna dan Sains
Sang raja sangat bahagia bertemu dengan Abdul Muthalib sehingga dia menghadiahkan 200 unta, 10 budak Habsyi, 8 ons emas dan dua perhiasan berupa celak. Sambil berkata, “Wahai Abdul Muthalib, bila Muhammad sudah besar dan dewasa, kirimkan kabarnya kepada ku.” Namun sang raja wafat sebelum Muhammad ﷺ dewasa karena dibunuh.
Saat Abdul Muthalib pulang dia berkata kepada delegasi Quraisy lainnya, “Janganlah kalian cemburu, karena penghormatan sang raja kepadaku, bukan padamu, meskipun hal itu istimewa. Juga atas kebaikannya terhadapku, meskipun hal itu berlebihan. Tetapi cemburulah kepadaku karena suatu urusan yang ia sampaikan kepadaku tentang kemuliaan bagiku dan orang-orang setelahku.” Temannya berkata, “Apakah itu?” Dijawabnya, “Kalian akan segera mengetahuinya dalam waktu dekat ini.”
BACA JUGA: Saat Rasulullah ﷺ diutus, Mekkah Kota Metropolis
Setibanya di Mekah, Abdul Muthalib memanggil anaknya Abu Thalib, berwasiat agar memelihara dan mengasuh cucunya, anak kemenakannya juga yaitu Muhammad ﷺ, dengan baik-baik. Inilah wasiat kedua. Wasiat pertamanya disampaikan ke Abu Thalib saat Abdul Muthalib baru saja menggendong, memeluk dan mengasuh cucunya setelah kematian sang ibunya Siti Aminah. []
Sumber:
Ibnu Jauzy, Al-Wafa, Pustaka Al-Kautsar
Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad ﷺ, GIP
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.