HARI itu adalah hari perpisahan bagi murid-murid tingkat akhir di sebuah Pesantren. Ada sebuah kebiasaan baik menjelang perpisahan, yaitu ketika kiai pemimpin pesantren memberikan petuah singkat. Petuah yang begitu dinanti oleh segenap santri karena mereka sadar apa yang hendak dikatakan oleh orang yang mereka hormati itu adalah demi kebaikan dan kesuksesan mereka.
Dengan perlahan, kiai memasuki barisan santri yang sedang duduk bersila di Masjid Jami’. Sampai di mimbar, sang kiai membuka pidatonya dengan ucapan syukur dan shalawat, kemudian beliau diam sejenak hingga suasana menjadi hening. Lalu beliau menyampaikan pidatonya.
“Anak-anaku, hidup ini selalu ada saat sulit dan saat mudah. Kadang ada kondisi yang menyempitkan dadamu. Kadang ada pula peristiwa yang melambungkan dirimu. Karenanya, aku punya satu pesan untuk kalian. Inilah pesan agar kalian bisa melewati ujian kesenangan maupun cobaan menyedihkan. Dengarkan baik-baik, dan tanamkan dalam hatimu kata-kata yang keluar dari mulutku: semua ini akan berlalu.
Semua ini akan berlalu. Hujamkan kata-kata itu dalam hati kalian. Semua ini akan berlalu. Dalam kondisi berhasil dan senang, ingatlah semua ini akan berlalu. Dengan demikian kalian tidak akan sombong dan lupa diri karenanya. Dalam kondisi sulit dan gundah, ingat-ingatlah, semua ini akan berlalu, maka kau akan menjadi tenang dan tak putus harapan.”
Sumber: Halaqah Cinta/Arif R Lubis/Qultum Media