DI Kota Khanashiroh, Khalifah Umar bin Abdul Aziz menyampaikan khutbahnya. Dan ternyata khutbah itu adalah pesan terakhirnya untuk ummat Islam.
“Wahai sekalian manusia, sungguh kalian tidak diciptakan dengan sia-sia. Dan kalian tidak di-biarkan begitu saja. Kalian memiliki tempat kembali, dimana Allah akan turun kesana untuk men-gadili dan membuat perhitungan dengan kalian. Sungguh benar-benar gagal dan merugi bagi orang yang keluar dari rahmat Allah, padahal rahmat-Nya meliputi segala sesuatu. Dan juga bagi orang yang diharamkan surga atasnya, padahal luasnya surga seluas langit dan bumi.
Ketahuilah, bahwa jaminan keamanan esok hanyalah bagi orang takut pada Allah, yang men-jual sesuatu yang sesaat untuk kehidupan abadi, dan yang menjual sesuatu yang sedikit untuk men-dapatkan yang lebih banyak kelak, serta orang yang menjual rasa takutnya dengan keamanan yang dijanjikan padanya.
Tidakkah kalian melihat bahwa diri kalian tengah berada di tengah-tengah orang mati? Setiap hari kalian berta’ziah mengunjungi orang yang telah menghadap Allah. Ia telah habis ajal hidupnya. Kemudian kalian menanamnya ke dalam tanah dan meninggalkannya tanpa bantal dan tikar. Ia telah berpisah dengan orang-orang yang dicintainya, melepas semua urusan, diam dalam timbunan tanah, untuk mengahadapi perhitungan. Ia harus mempertanggungjawabkan semua amalannya, miskin amal dan kaya maksiat.
Maka takutlah kalian pada Allah sebelum datangnya kematian. Demi Allah, aku tidak mengatakan ini melainkan aku merasa tidak ada orang yang dosanya lebih banyak dari dosaku. Maka aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.
Tidaklah salah seorang diantara kalian yang keperluannya sampai kebadaku melainkan aku berharap sekali bisa membantunya semampuku. Dan tidak pula seseorang diantara kalian yang akan merasa lapang dengan apa yang kami miliki melainkan akan kuberikan padanya sekalipun dagingku ini. Dengan begitu, aku berharap hidupku dengannya sama.
Demi Allah, seandainya aku menghendaki kemewahan hidup, maka sungguh lisanku akan tun-duk karena mengetahui sebab-sebabnya. Namun Allah telah memberikan kitab yang bicara dan sun-nah yang adil, menunjukkan kepada kita untuk menta’ati-Nya, dan melarang kita dari bermaksiat pada-Nya.”
Kemudian Umar bin Abdul Aziz mengangkat ujung selendangnya, menangis sesenggukkan. Orang-orang yang hadir di sekitarnya pun ikut menangis. Sungguh, kalimat-kalimat jujur yang keluar dari lubuk hati tentu akan sampai ke hati orang yang mendengarnya pula. Dan setelah ini, Umar ti-dak lagi berkhutbah di hadapan masyarakat.[]
Referensi: Umar bin Abdul Aziz 29 Bulan Mengubah Dunia/Karya: Herfi Ghulam Faizi, Lc/Penerbit: Cahaya Siroh