ANEH sekali orang yang menyasar pesantren karena kecewa terhadap perkembangan sains dan teknologi umat Islam. Jangkauan pandangannya sempit sekali. Dan kemampuannya menggunakan akal pikiran juga lemah.
Cara pandang semisal ini, mirip dengan cara pandang orang yang menganggap masjid harus melakukan segala hal, kalau bisa sekalian mengurus negara.
Dan pesantren harus melahirkan ahli sains, filsuf, ahli botani, ahli zoologi, ahli virus, ahli kimia, ahli ekonomi, sekaligus ahli fiqih dan ushul fiqih, hafal Qur’an dengan qiraat sab’ah, dan seterusnya.
BACA JUGA:Â Apa Perbedaan Ma’had, Pondok Psantren, dan Islamic Boarding School?
Cara pandang seharusnya, melihat hal ini sebagai kebutuhan umat Islam secara keseluruhan, bukan tanggung jawab satu institusi, apalagi yang secara syar’i dan ‘urfi, sudah punya tupoksi sendiri, seperti masjid dan psantren.
Kita memang harus melahirkan para saintis, tapi itu tugas ITB, UI, atau sekolah-sekolah yang memang disiapkan untuk itu. Mengapa harus pesantren? Apa umat Islam itu hanya ada di psantren? Apa di IPB, ITB, UGM, dll., itu tidak ada umat Islamnya?
Sebagaimana dulu, kita memang perlu alutsista yang kuat, tapi itu bukan tugas masjid, sampai harus urunan dari Sabang sampai Merauke. Itu tugasnya pemerintah, dan secara khusus mungkin Kementerian Pertahanan dan Kementerian Keuangan.
Pesantren dan Perkembangan Sains, Teknologi Umat Islam
Menimpakan beban umat ini hanya pada pesantren dan masjid, akan membuat kita mundur ke belakang. Dan perlu dicatat, kebaikan generasi salaf itu dari kemurnian ajarannya, bukan dari fasilitas dan wasilah yang ada di masa itu. Wasilah, sarana prasarana, fasilitas, perlu terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.
BACA JUGA:Â Suka Duka Belajar di Psantren
Biarkanlah pesantren melahirkan para ahli nahwu, ahli fiqih, dan semisalnya. Agar ke depannya, di era metaverse, dan verse verse lainnya, umat Islam tidak kehilangan arah, ada pelita umat tempat bertanya.
Untuk sains? Ya ada lembaganya sendiri. Tidak perlu merecoki pesantren. Yang penting, dalam ranah aplikasi kehidupan, semua ahli ini bisa bersinergi dalam memajukan peradaban.
Kalau semua mau diseragamkan, kita bubarkan saja semua jurusan dan fakultas yang ada, kita jadikan satu saja, Universitas Kehidupan, Fakultas Semua Ada, Jurusan Palugada. []
Oleh: Muhammad Abduh Negara