MYANMAR—Tun Tun Min, petarung terberat di ring tinju tradisional lethwei kini menjadi andalan masyarakat Myanmar. Tun Tun Min, 26, seorang Muslim dari suku Mon, menjadi juara lethwei termuda kelas open-weight di Myanmar pada 2014. Saat itu, dia baru berusia 21 tahun.
Desember ini dia akan berjuang merebut gelar juara nasional Lethwei, salah satu seni bela diri yang dianggap oleh banyak orang sebagai yang paling brutal di dunia.
BACA JUGA: Reaksi Khabib Nurmagomedov saat Ditanya soal Indonesia ketika Umroh
Sebagai putra tertua dari keluarga miskin di sebuah desa terpencil di negara bagian Mon, bukannya pergi ke sekolah, sejak kecil dia bekerja untuk membantu ayahnya menghidupi keluarga.
“Ayah saya dulu juga seorang petarung lethwei, tetapi dia tidak memiliki kesempatan untuk menjadi petarung kelas satu. Itu sebabnya dia melatih saya sejak usia 6 tahun,” kata Tun Tun Min saat sesi latihan di sebuah gym di Yangon.
“Saya tertarik pada lethwei sejak kecil dan tahu bahwa bela diri itu akan membantu kami keluar dari kemiskinan,” katanya.
Pada usia 14 tahun dia dikirim ke Thailand untuk bekerja di perkebunan nanas selama dua tahun. Di sana dia menggunakan waktu luangnya untuk berlatih lethwei.
“Pemilik kebun memperhatikan dan bertanya apakah saya berani melawan anak-anak Muay Thai di desa itu,” kenangnya.
Dia mengalahkan dua anak laki-laki Thailand yang dianggap sebagai yang terbaik di desa itu. Namun saat itu, sang pemilik kebun tidak mengizinkannya untuk mengikuti pertandingan.
BACA JUGA: Tak Jadi Dipulangkan ke Myanmar, Pengungsi Rohingya Gelar Syukuran
Ketika dia kembali ke Myanmar, dia berjuang keras untuk mendapatkan hadiah uang dalam pertandingan lethwei di festival pagoda dan berbagai pesta keagamaan lainnya.
Dia memenangkan medali emas pertamanya di kompetisi olahraga regional dan negara bagian pada 2010. Medali emas kedua diraihnya di ajang SEA Games ke-27 pada 2013.
Hingga akhir 2016, dia hanya kalah dua kali dalam lebih dari 50 pertandingan, sehingga dijuluki sebagai Raja Knockout Lethwei. Dia mempertahankan sabuk emasnya dalam beberapa pertarungan dengan sejumlah petarung lokal dan asing. []
SUMBER: ANADOLU