SEPP Blatter, mantan presiden FIFA ketika Qatar ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 pada 2010, mengatakan kepada surat kabar Swiss Tages Anzeiger bahwa Qatar adalah kesalahan, seraya menambahkan bahwa itu pilihan yang buruk.
Keputusan penetapan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 juga banyak menuai kontroversi, termasuk tuduhan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia, sejak pertama kali diumumkan.
BACA JUGA: Unik sekaligus Bersejarah, Ini 8 Stadion Piala Dunia Qatar 2022
Blatter, yang memimpin FIFA selama 17 tahun, juga terlibat dalam tuduhan korupsi selama masa jabatannya. Dia dibebaskan dari tuduhan penipuan oleh pengadilan Swiss pada bulan Juni. Jaksa telah mengajukan banding atas putusan tersebut.
“Ini terlalu kecil untuk sebuah negara. Sepak bola dan Piala Dunia terlalu besar untuk itu,” kata Blatter tentang Qatar, negara pertama di Timur Tengah yang menjadi tuan rumah turnamen tersebut.
BACA JUGA: Bir di Piala Dunia 2022: Akankah Boleh Diminum di Qatar?
Dia mengatakan FIFA pada tahun 2012 mengubah kriteria yang digunakan untuk memilih negara tuan rumah mengingat kekhawatiran atas kondisi kerja di lokasi konstruksi terkait turnamen di Qatar.
“Sejak itu, pertimbangan sosial dan hak asasi manusia diperhitungkan,” katanya.
Blatter mengatakan dia akan menonton turnamen empat tahunan ini, dari rumahnya di Zurich. []
SUMBER: CNN