KOLOMBO — Sri Lanka menyatakan kelompok-kelompok penganut Budha garis keras kemungkinan berada di balik gelombang kerusuhan anti-Muslim yang terjadi di negara tersebut pasca serangan teror di hari Paskah, April lalu. Mereka diduga melakukan aksi kerusuhan anti-Muslim sebagai pembalasan atas teror tersebut.
“Ini adalah serangan terorganisir terhadap rumah-rumah bisnis Muslim dan bangunan,” kata menteri industri perkebunan, Navin Dissanayake dalam konferensi pers pemerintah. Demikian seperti dilansir dari Aljazirah, Kamis (16/5/2019).
BACA JUGA: Meski Dilarang Pemerintah Sri Lanka, Jamaah Muslim tetap Laksankaan Shalat Jumat di Masjid
Dissanayake pun menyebutkan kelompok-kelompok yang disinyalir ada di balik gelombang kerusuhan anti-Muslim itu.
“Saya pikir organisasi-organisasi ini adalah Amith Weerasinghe, Dan Priyasad, dan Namal Kumara,” ucap Dissanayake saat ditanya siapa yang mengorganisir serangan. Ia merujuk pada kelompok garis keras budha yang ditangkap pada Selasa (14/5/2019).
Sebelumnya, 21 April 2019 lalu terjadi serangan bom yang menargetkan gereja-gereja dan hotel-hotel. Serangan itu terjadi di hari Paskah yang diperingati umat nasrani. Korban tewas pada kejadian tersebut lebih dari 250 orang. Kelompok ISIS disuga berada di balik serangan itu.
Akibatnya, terjadi peningkatkan ketakutan akan serangan balasan terhadap Muslim minoritas di negara itu.
Kerusuhan anti-Muslim di Sri Lanka dimulai pada Ahad (12/5/2019). Massa yang bergerak melalui kota-kota di barat laut Sri Lanka menggeledah masjid, membakar Alquran, dan menyerang toko-toko dengan bom bensin.
Pihak berwenang telah menangkap puluhan tersangka terkait aksi kerusuhan tersebut. Mereka termasuk dari tiga yang digambarkan sebagai kelompok garis keras Buddha Sinhala yang telah diselidiki untuk tindakan serupa di provinsi Kandy, tahun lalu.
Sri Lanka merupakan negara berpenduduk muslim minoritas. Warga Muslim hanya berjumlah 10 persen dari populasi 22 juta penduduk Sri Lanka. Sebagian besar warga negara Sri Lanka beragama budha.
BACA JUGA: Pasca Teror, Pemerintah Sri Lanka Wajibkan Masjid Serahkan Salinan Materi Khotbah
Pulau Samudra Hindia itu hancur selama beberapa dekade oleh perang saudara antara separatis dari minoritas Tamil yang mayoritas Hindu dan pemerintah yang didominasi Buddha Sinhala. Pemerintah menghentikan pemberontakan sekitar 10 tahun yang lalu.
Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok garis keras budha, yang dipimpin oleh Bodu Bala Sena (BBS) atau ‘Buddhist Power Force’ telah memicu permusuhan terhadap Muslim. []
SUMBER: ALJAZIRAH