REZEKI itu sebenarnya ada dimana-mana, dan sudah ada yang mengatur, yaitu Allah. Hal itu tergantung bagaimana kita mau atau tidak untuk berusaha mencari rezeki tersebut dan menjemput rezeki tersebut.
Saudaraku, dalam urusan mencari rezeki, mencari dunia-Nya, Allah memberikan cara yang gampang bagi manusia, memberikan cara yang mudah bagi manusia. Tapi manusia senangnya memilih cara yang repot, cara yang sukar. Padahal Allah tentu yang paling tahu tentang kunci-kunci perbendaharaan rezeki-Nya.
Allah menyebut kunci segala kunci bagi manusia itu adalah dengan beribadah kepada-Nya.
Sedekah, shalat malam, memberi makan anak yatim, menyenangkan hati yang berduka adalah “hanya sekian” dari apa yang disebut sebagai ibadah. Bila ibadah diperbaiki, maka kehidupan pun akan menjadi lebih baik lagi. Namun bila ibadah buruk, maka kehidupan buruk yang akan terhidang. Ibadah biasa saja, hidup pun akan biasa saja. Tidak ada istimewanya bagi yang tidak mengistimewakan Allah.
Bila nampak dunia yang bagus, tapi di tangan orang-orang yang tidak rajin beribadah, jangan buru-buru silau. Kiranya itulah kebaikan dari Allah, barangkali sebab ilmu dunia dan usaha orang itu sendiri. Namun dia hanya memiliki dunia-Nya, tidak memiliki diri dan keridhaan-Nya. Alangkah cantiknya bila seorang memiliki dunia dan juga memiliki Allah sebagai pemilik dunia. Itu bisa ditempuh dengan satu ayunan langkah; ibadah. Tentu dengan memperluas seluas-luasnya cakupan ibadah yang dimaksud sebagai seluruh gerakan, rasa dan pikiran seorang hamba kepada sang khaliq.
Tapi apa boleh buat, ketiadaan ilmu yang barangkali membuat seseorang tidak mengetahui bahwa dia bisa punya energi dan kemampuan yang akan melipatgandakan hasil keringatnya, hasil tenaga dan pikirannya. Yakni tadi, lewat jalan ibadah. []
Sumber: The Miracle of Giving/Karya: Ust. Yusuf Mansur/Penerbit: PT. Bestari Buana Murni