Oleh: Arinta Kumala Verdiana
Member Komunitas Revowriter Surabaya
TEPAT 27 Juni 2018 rakyat Indonesia mengadakan gawe akbar. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung serentak di 171 daerah di Indonesia. Banyak masyarakat yang menggantungkan harapan pada perhelatan akbar ini. Berharap dengan terpilihnya pemimpin-pemimpin baru akan bisa membawa kepada kehidupan yang lebih baik. Akankah gayung bersambut? Jika kita mau berpikir kritis, kita sudah bisa menebak bagaimana kondisi ke depan dengan terpilihnya kepala-kepala daerah yang baru.
Bukannya apatis tetapi realistis. Rekam jejak perpolitikan di Indonesia selama ini telah membuktikan betapa kita mengalami krisis kepemimpinan. Data yang diungkap Kompas TV (26/6) bahwa 95 kepala daerah terjerat kasus korupsi. Ini sebuah angka yang mengejutkan. Tapi tak mengherankan mengingat biaya pencalonan sebagai kepala daerah yang mahal maka setelah mereka menjabat sebagai pemimpin yang dipikirkan adalah bagaimana mengembalikan modal untuk menjadi pemimpin. Meskipun itu harus didapatkan dengan jalan korupsi. Pasalnya kursi kepala daerah adalah ‘lahan basah’ untuk menumpuk pundi-pundi rupiah.
BACA JUGA: Pemuda Muhammadiyah Dukung Larangan Narapidana Korupsi Jadi Caleg
Sebagai seorang muslim tentu kita akan sangat berhati-hati dengan pilihan kita. Karena pilihan kita sangat menentukan bagaimana kondisi ke depan nantinya. Dan sebagai seorang muslim kita tidak hanya berpikir siapakah calon pemimpin yang akan kita pilih. Lebih penting lagi adalah aturan yang akan dia terapkan apakah aturan yang sesuai dengan tuntutan aqidah kita ataukah tidak.
Sebagai hamba Allah tentunya kita pahami bahwa aqidah kita menuntut kita agar kita mematuhi seluruh aturan-Nya. Maka untuk bisa membuktikan aqidah kita, kita memerlukan seorang pemimpim muslim yang menerapkan aturan Allah SWT dalam setiap lini kehidupan. Jadi tidak hanya sekedar pemimpin muslim, bahkan yang bertakwa sekalipun. Jika aturan yang diterapkan bukan aturan Islam, maka tidak layak untuk mendapatkan suara kita. Karena ini sangat bertentangan dengan aqidah kita yang mengharuskan kita memakai aturan-Nya. Seberapapun baiknya seorang pemimpin, selama masih berkubang di dalam sistem penuh lumpur maka tak akan bisa membawa kepada kesejahteraan apalagi keberkahan.
Keberkahan akan bisa kita raih saat ada pemimpin yang membuat negeri ini seperti yang digambarkan pada QS. Al A’raf ayat 96 “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”. Dalam ayat ini sudah sangat jelas bahwa berkah dari langi dan bumi akan dilimpahkan oleh Allah SWT ketika kita beriman dan bertakwa.
Maka sebagai hamba yang beriman maka kita juga harus bertakwa. Menurut Thaiq bin Habib, “Takwa artinya Anda melaksanakan keta’atan kepada Allah berdasarkan cahaya (ilmu dan iman) dari-Nya karena mengharap pahala-Nya serta Anda meninggalkan segala bentuk kemaksiatan kepada-Nya berdasarkan cahaya-Nya karena takut terhadap siksa-Nya”.
Dan untuk bisa melaksanakan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan kepada-Nya maka kita butuh sebuah aturan kehidupan yang sesuai dengan aqidah kita. Dan aturan itu adalah aturan Islam. Jika dengan pemimpin yang terbaik dan dengan sistem yang terbaik maka insyaAllah keberkahan akan segera terlimpahkan di muka bumi ini.
Sebagai hamba Allah tentunya keberkahanlah yang kita harapkan. Jangan sampai keberkahan ini justru terjauhkan dari kita jika kita mendustakan ayat-ayat Allah seperti yang digambarkan dalam QS. Al A’raf ayat 96 di atas. Justru yang akan kita dapatkan adalah siksa seperti yang telah diancamkan Allah dalam ayat tersebut. Naudzu billahi min dzalik. Dengan ini tentunya sudah jelas kriteria pemimpin yang menjadi pilihan kita. Maka temukanlah gambaran pemimpin yang demikian. Wallahu a’lam bi as Showwab. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.