SUNGGUH besar karunia Allah pada hambaNya. Hingga Ia akan cukupkan rezeki dari Allah untuk siapa saja yang berkeinginan untuk menikah.
Allah Swt berfirman, “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (An Nuur [24]: 32)
Dengan begitu semestinya setiap pasangan suami istri tak perlu risau lagi. Karena Allah telah menjamin rezeki mereka terpenuhi. Perlu dipahami, bahwa rezeki adalah sesuatu yang termasuk dalam ketetapan Allah. Kepada siapa Ia berkehendak melimpahkan atau menahannya, menjadi hak Allah semata. Namun begitu, Allah telah menjanjikan bahwa setiap makhluk akan diberikan rezekinya masing-masing.
BACA JUGA: 10 Penghambat Rezeki yang Sering Dilakukan
“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Hud [11]: 6).
Untuk itu, seorang muslim wajib meyakini bahwasanya rezeki itu datangnya dari Allah. Ini menjadi bagian dari keimanan yang harus ia tanamkan dalam dirinya. Ia harus yakin pada kuasa Allah yang Maha Pemberi Rezeki.
Begitupun dalam sebuah rumah tangga. Dalam Islam memang ditetapkan bahwa kewajiban menafkahi ada di tangan suami. Ia tak boleh lalai dalam menunaikan kewajiban ini selama masih memliki kemampuan.
Namun begitu dalam berjalannya kehidupan rumah tangga, diakui tidak selalu berjalan mulus. Masalah demi masalah kadang datang menerjang biduk rumah tangga yang sedang berlayar. Masalah itu bisa jadi kecil bisa juga membesar hingga berpotensi menenggelamkannya
Seringkali, persoalan ekonomi menjadi hal yang memicu keretakan sebuah rumah tangga. Himpitan ekonomi di tengah kehidupan yang serba materialistik acapkali mampu memporakporandakan bangunan keluarga. Kekhawatiran kekurangan materi didukung dengan gaya hidup yang hedonis menjadikan kurangnya syukur hingga berujung pada perpisahan.
Banyak dijumpai fenomena, suami sebagai tulang punggung keluarga, tak mampu memenuhi kecukupan nafkah bagi istri dan anak-anaknya. Meski telah keras membanting tulang bahkan rela bekerja apa saja, kadangkala hasil yang diperoleh tetap tak mampu memenuhi kebutuhan keluarga yang besarannya semakin lama semakin tinggi.
Persoalan ini seringkali memicu konflik antara suami dan istri. Istri yang merasa nafkahnya tak terpenuhi, menuntut suami, sementara suami merasa sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencukupi. Perselisihan terus terjadi, hingga membuat hubungan keduanya tak lagi harmonis. Bahkan tak sedikit yang memilih perceraian sebagai jalan keluar.
Padahal bila dikembalikan pada konsep rezeki, seperti di awal tulisan, Allah telah menjanjikan bahwa Ia lah yang akan mencukupi rezeki mereka yang menikah. Sementara janji Allah itu adalah sesuatu yang pasti. Tak mungkin Allah mengingkarinya. Sehingga semestinya mereka yakin dengan jaminan rezeki yang Allah berikan.
Pun perlu disadari, bahwa kondisi kekurangan saat ini bukanlah disebabkan oleh tak adanya rezeki yang Allah turunkan. Sebab sekali lagi, Allah telah menjamin hal itu pasti diberikan pada setiap makhluk yang bernyawa. Persoalan ekonomi yang menimpa sebagian besar keluarga di masyarakat disebabkan karena jauhnya mereka dari aturan-aturan yang Allah turunkan.
Kemaksiatan merajalela. Manusia gemar membuat kerusakan di atas bumi. Interaksi yang bathil sering mereka tunaikan. Riba membelit dimana-mana, korupsi, perampokan harta milik rakyat dan lain sebagainya. Inilah hulu dari berbagai kerusakan yang menyebabkan penghidupan sempit menimpa manusia.
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”. (QS. Ath-Thaha [20]: 124).
Sementara itu jauhnya umat dari hukum-hukum Allah, juga telah menggerus keimanannya bahwa rezeki hanyalah dari Allah Swt. Kecemasan akan masa depan memenuhi ruang pikir dan hatinya. Ia lupa bahwa Allah Maha Pemberi Rezeki. Manusia lupa bahwa kehidupannya dijamin sepenuhnya oleh Allah.
Suami Istri Harus Bersinergi
Sesungguhnya Allah telah menjamin rezeki setiap hambaNya. Bahkan Allah pun telah menunjukkan kunci-kunci untuk dapat membuka pintu-pintu rezekiNya. Rezeki manusia datang dari Allah, sementara manusia melakukan ikhtiar sebagai bagian dari amal sholeh yang kelak dihisab di akhirat.
Agar sebuah rumah tangga dapat bertahan dalam badai himpitan ekonomi, suami dan istri perlu bersinergi dalam membuka pintu rezeki yang telah Allah siapkan.
Keduanya perlu saling menguatkan satu sama lain. Bukan malah melemahkan. Nafsu harus ditundukkan oleh keimanan yang kokoh, sehingga tidak punya kesempatan untuk menghancurkan bangunan rumah tangga.
Untuk itu, penting bagi suami istri agar selalu menghiasi dirinya dengan pemahaman-pemahaman Islam. Bekal agama yang cukup akan membuat keduanya memiliki pedoman yang lurus dalam menyelesaikan setiap persoalan yang datang. Keimanan kuat yang dibangun akan membuat keduanya memahami betul apa tujuan hidupnya. Sehingga apapun yang terjadi dalam perjalanan rumah tangganya, mereka akan selalu disandarkanl pada Allah semata.
Dengan bekal agama pula, suami dan istri memahami peran masing-masing sebagai bagian dari ibadah yang Allah gariskan untuk keduanya. Hubungan suami istri diliputi suasana yang penuh ketawadu’an. Menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya, bahkan akan memberikan dukungan terbaik.
Suami menyadari dirinya berkewajiban memenuhi nafkah keluara, akan mengupayakan sekuat tenaga agar bisa menunaikannya. Begitupun istri, menjadi pandai bersyukur atas berapapun rezeki berupa materi yang didapatkan dari suami. Sekecil apapun hasil kerja suami, istri tak boleh merutukinya. Namun terus mensyukuri dan mendoakan agar Allah menambahkan rezeki pada mereka.
BACA JUGA: Benarkah Membaca Surat Al-Waqi’ah Bisa Melancarkan Rezeki?
Bila kemudian istri turut bekerja membantu perekonomian keluarga, maka ini merupakan bagian dari sedekahnya. Ia tak boleh lupa akan kewajibannya untuk tetap taat, menghormati dan memberikan pelayanan terbaik untuk suami. Meski materi yang didapatkan istri bisa jadi lebih besar daripada yang diperoleh suami. Penghormatannya kepada suami tak boleh luntur.
Saat kondisi sulit, suami pun tak boleh bersikap kasar pada istrinya. Saat istri mengeluh, suami harus mampu menasehati dengan makruf. Saling mengingatkan kembali tentang konsep rezeki, serta menasehati untuk terus bersyukur dan bersabar. Bahkan mengajak istri untuk beribadah bersama-sama membuka pintu rezeki yang telah disediakan oleh Allah.
Diantara upaya untuk membuka pintu rezekiNya, adalah dengan mengajak istri atau suami untuk bertobat. Memperbanyak istighfar dan berupaya menjauhi semua perbuatan maksiat. Allah Swt berfirman,
“Maka Aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, niscaya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai (Nuh [71]: 10-12).
Pintu berikutnya yang dapat menghantarkan pada rezeki Allah adalah dengan bertakwa kepadaNya. Maka suami dan istri harus senantiasa mengikatkan dirinya pada seluruh aturan Allah, sehingga nampak ketakwaan pada keduanya. Allah Swt berfirman,
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya…” (At Thalaq [65]:2-30).
Bertawakal kepada Allah juga menjadi jalan untuk membuka pintu rezekiNya. Umar bin Khatthab ra. pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda,
BACA JUGA: Suami Istri Semakin Mirip Semakin Bahagia?
“Jika kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, maka Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebaaimana Allah memberikan rezeki pada burung; ia pergi di pagi hari dalam kondisi lapar dan Kembali di sore hari dalam kondisi kenyang.” (HR Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Al-Hakim, Ibnu Hibban, dan Al-Mubarak).
https://www.youtube.com/watch?v=W4QeAIxjYLc&t=215s
Maksud tawakal di sini adalah merasa yakin bahwa tidak ada yang bisa berbuat selain dengan izin Allah. Tidak ada yang dapat memberi atau menghalangi rezeki kecuali hanya Allah. Selanjutnya dalam hadits itu, manusia diperintahkan untuk berikhtiar dengan cara yang bailk disertai tawakal, hingga Allah memberikan rezekiNya sebagaimana perumpamaan burung dalam hadits tersebut.
Demikianlah beberapa pintu rezeki yang dapat menghantarkan rezeki Allah pada hambaNya. Untuk itu sekali lagi, sinergi antara suami dan istri sangat diperlukan untuk meraihnya. Dengan begitu, rumah tangga kaum muslimin akan kokoh meski berbagai persoalan menerjangnya. Namun dengan keimanan dan pemahaman Islam yang utuh kuat tertancap dalam dirinya, pasti akan mampu bertahan. Wallahu ‘alam bisshowab. []