ADA banyak sekali website dan platform menulis yang bermuncul saat ini. Sayangnya, tidak semua platform menyajikan konten yang positif. Wajar, jika sebagai muslim kita merindukan momen kejayaan fiksi Islami sebagaimana yang pernah terjadi pada masa boomingnya novel Ayat-Ayat Cinta dan berkibarnya penulis-penulis Forum Lingkar Pena.
Perputaran zaman dan perkemabangan teknologi tidak dipungkiri mampu menggerus beberapa hal, termasuk literasi. Contoh paling nyata yang terasa saat ini adalah peralihan dari media cetak ke media digital. Maka, penulis pun dituntun untuk beradaptasi mencari media yang sesuai untuk publikasi karyanya.
Alhamdulillah, saat ini telah lahir sebuah website baru yang bisa menjadi media bagi terwujudnya pengembangan fiksi Islami. Website ini bernama fiksiislami.com.
Webinar launching fiksiislami.com (Filmi) telah dilaksanakan secara daring pada 13 November 2022. Sebanyak 54 orang pembaca, kontributor dan tim redaksi Filmi hadir di ruang zoom. Pada peluncuran website tersebut, disajikan beberapa materi kepenulisan dan pengenalan tentang Filmi.
Materi tersebut dibawakan oleh tiga pengisi acara dari tim redaksi Filmi, yakni Isti Istiqomah selaku redaktur nonfiksi yang menyajikan materi bertajuk Asyiknya menulis Nonfiksi; Rianna Wati selaku redaktur fiksi yang menyajikan materi bertajuk Menulis Fiksi; dan, Afifah Afra selaku pimpinan redaksi yang menyajikan materi Mengenal fiksiislami.com.
BACA JUGA: Biar Nggak Bingung Pilih Platform Belajar Online Terbaik di Era New Normal, Berikut Tipsnya
Menurut Isti Istiqomah, seorang penulis harus memiliki strong why atau alasan kuat untuk menjadi seorang penulis. Alasan kuat seseorang untuk menjadi penulis itu bisa beragam, seperti ingin mendapatkan profit ataupun ketenaran. Akan tetapi, motivasi menulis yang didasarkan kepada alasan tersebut bisa saja tergoyahkan ketika keinginan tidak tercapai. Maka, strong why yang paling utama adalah alasan yang bersifat ideologis. Misalnya, untuk berdakwah.
Tujuan menulis tersebut sejalan dengan Filmi yang memang ingin menjadi media atau platform menulis yang mencerahkan pembaca. Tulisan yang ditampilkan di laman Filmi pun beragam. Ada nonfiksi dan ada pula fiksi. Isti Istiqomah pun memaparkan mengenai beragam jenis tulisan nonfiksi dan bagaimana seseorang dapat memulai untuk menulis nonfiksi.
Sedangkan Rianna Wati menjelaskan tentang bagaimana cara menulis fiksi, misalnya cerpen. Penulis cerpen Petrichor ini mengatakan, untuk memunculkan ide menulis fiksi, seorang penulis harus mampu mengamati lingkungan sekitar, termasuk kondisi sosial. Dengan kata lain, seorang penulis harus peka terhadap keadaan sekitar, banyak membaca buku, mampu melihat sisi lain dari suatu hal atau peristiwa. Penulis juga bisa saja menjadikan pengalaman pribadinya sebagai sumber ide. Namun, sebaiknya dia mampu memilah. Sebab, tidak semua hal nyata itu perlu diungkapkan secara gamblang dalam sebuah karya fiksi. Selain pengalaman, ilham yang datang tiba-tiba juga bisa menjadi ide yang cemerlang bagi penulis.
Menurut Rianna Wati, menulis itu bukan warisan, bukan turunan melainkan keterampilan. Jadi, bisa dilakukan siapa saja selama orang itu mau belajar dan meningkatkan skill menulisnya.
Kemampuan menulis sendiri merupakan kemampuan dasar yang diperoleh setelah tahapan menyimak, mengeja, dan membaca. Kemampuan menulis ini juga mirip dengan aktivitas bicara. Menulis juga memiliki manfaat untuk mencerdaskan otak sekaligus mengabadikan momentum dalam bentuk tulisan.
Nah, salah satu media menulis yang bisa dimanfaatkan untuk mempublish tulisan berkualitas baik berupa fiksi maupun nonfiksi adalah website fiksiislami.com atau Filmi. Afifah Afra menyebut, Filmi hadir karena adanya keprihatinan akan minimnya ruang untuk pengembangan fiksi yang saat ini didominasi platform menulis komersil yang menampilkan konten yang kurang sesuai dengan karakter islami.
Selain itu, Afifah Afra merasa perlu ada pihak yang mau menggarap literasi Islami secara konsen. Sebab, fiksi Islami itu merupakan fiksi yang mencerahkan. Banyak riset yang membuktikan bahwa fiksi yang mencerahkan bisa membentuk kepribadian seseorang menjadi lebih baik. Bahkan, pengaruhnya sangat besar terhadap peradaban manusia.
BACA JUGA: 9 Ide Bisnis tanpa Modal, Cocok buat Muslim Milenial
Oleh karena itu, Filmi hadir dengan tagline: Lembutkan nuranimu! Disamping menjadi media yang menyajikan konten ramah SEO dan menargetkan traffic pembaca untuk mencapai kemandirian finansial, Filmi juga memiliki visi menjadi media yang aktif meakukan syiar islam dengan menerbitkan karya-karya fiksi islami dalam rangka melakukan proses pembentukan karakter positif pada umat Islam, khususnya generasi muda.
Jadi, Filmi terbuka bagi siapapun yang ingin menulis atau menghasilkan karya yang bermanfaat bagi banyak orang sekaligus menghasilkan benefit berupa fee dari tulisan. Berbeda dari platform menulis lainnya, semua tulisan yang masuk ke Filmi akan melalui proses kurasi terlebih dahulu. Jadi, karya yang tampil di laman Filmi bukan kaleng-kaleng, lho. Melainkan,karya yang sudah betul-betul melalui proses seleksi dan penilaian dari tim Filmi yang kompeten.
Tengok saja jajaran tim redaksinya. Ada Afifah Afra, CEO Penerbit Indiva yang juga salah satu novelis ternamadi Indonesia. Ada pula Rianna Wati, dosen UNS yang juga penulis cerpen yang karyanya sudah banyak dimuat di media massa. Ada pula Asti Istiqomah, Aisyah Turriskiyah, Nurul Afifah, dan Listyorini.
Lantas, bagaimana cara untuk bergabung menjadi kontributor Filmi?
Caranya mudah: Daftar dan buat akun terlebih dahulu di website fiksiislami.com. Adapun pengiriman naskah, syarat, dan lain-lain, dapat pula dibaca di laman website tersebut. []
Oleh: Eneng Susanti
(Penulis)