BAMAKO — Perdana Menteri Mali dan seluruh pemerintahannya mengundurkan diri sebulan pasca terjadinya pembantaian 160 etnis Muslim Fulani oleh sejumlah pria yang menyamar sebagai pemburu.
“Presiden menerima pengunduran diri perdana menteri dan anggota pemerintah,” demikian bunyi pernyataan dari kantor Presiden Ibrahim Boubacar Keita seperti dikutip dari VOA, Jumat (19/4/2019).
BACA JUGA:Â 134 Muslim Mali jadi Korban Pembantaian, Beberapa Dibakar Hidup-hidup
Tidak ada alasan jelas dari pengunduran diri Perdana Menteri Soumeylou Boubeye Maiga. Namun, para legislator mengaitkannya dengan kemungkinan mosi tidak percaya pada pemerintah karena pembantaian dan kegagalan melucuti milisi.
Seperti diketahui, pada 23 Maret 2019 lalu, terjadi pembantaian masal terhadap suku penggembala Fulani yang merupakan etnis muslim di sebuah desa di Mali tengah. Pelakunya diduga merupakan pemburu dari komunitas Dogon di Ogossagou.
BACA JUGA:Â 134 Muslim Tewas Dibantai, Pemerintah Mali Pecat Para Perwira Tinggi MiliternyaÂ
Sebelum tragedi itu, terjadi serangan oleh kelompok afiliasi al-Qaeda di sebuah pos tentara yang menewaskan sedikitnya 23 orang di wilayah tengah Mali. Banyak etnis Fulani yang berada di barisan kelompok afiliasi al-Qaeda itu. Sehingga serangan yang menewaskan 160 orang pada 23 Maret 2019 diduga merupakan aksi balas dendam.
Pihak berwenang Mali telah menahan lima orang yang dicurigai ikut serta dalam pembantaian itu. Tetapi mereka belum berhasil melucuti senjata milisi. []
SUMBER: VOA
Â