LIHATLAH pohon kurma itu! Pohon kurma Allah SWT menciptakan pohon kurma ada yang betina yang membutuhkan pembuahan, Allah SWT menciptakan pejantan yang membuahi betina tersebut seperti jantan dan betina hewan.
Oleh karena itu, ia amat mirip dengan manusia, khususnya orang beriman, jika dibanding pohon-pohon lain seperti diperumpamakan oleh Nabi SAW. Â Persamaan itu dapat dilihat dari beberapa hal.
Dari Ibnu Umar bahwa para sahabat sedang berada di majelis Nabi lalu didatangkan kepada beliau “Jummar”(pohon kurma), maka bersabdalah beliau, “Sesungguhnya di antara pohon-pohon ada sebatang pohon, perumpamaannya seperti seorang muslim, dia adalah pohon kurma.” Ibnu Umar ingin menyela tetapi saya merasa yang paling muda di antara para sahabat. Karena itu ia diam, (Muttafaq ‘alaihi).
Pertama, kekokohan akarnya di tanah. Ia tidak seperti pohon yang tercerabut dengan akar-akarnya dari tanah, tidak dapat tegak sedikit pun.
Kedua, buahnya yang enak, manis, dan banyak manfaatnya. Seperti itulah orang mukmin; perkataannya baik, amalannya baik, dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Ketiga, Â hiasan dan bajunya terus dipakai tidak gugur baik pada musim panas maupun dingin. Begitu pula orang mukmin, pakaian takwa tidak pernah lepas darinya sampai bertemu Rabbnya.
Keempat, buahnya mudah dijangkau. Orang tidak perlu memanjat pohon kurma yang pendek. Sedang pohon kurma yang tinggi mudah dipanjat dibanding memanjat pohon-pohon tinggi yang lain. Anda lihat di pohon itu telah tersedia tangga-tangga untuk mendaki ke atas. Mukmin juga seperti itu. Kebaikannya mudah didapat oleh orang yang menginginkannya, tidak perlu dirampas dengan tipu muslihat dan cara tak terpuji.
Kelima, buahnya termasuk buah yang paling bermanfaat di seantero dunia. Yang masih basah dimakan sebagai buah atau manisan. Yang sudah kering menjadi quut (makanan pokok), juga sebagai buah. Juga bisa dibuat menjadi cuka, manisan, campuran obat, dan minuman. Manfaatnya dan manfaat anggur amat banyak melebihi buah-buah lain.
Orang-orang berbeda pendapat soal mana yang lebih bermanfaat dan lebih utama. apakah kurma atau anggur. Dalam membandingkan keduanya, al-Jahizh menyusun sebuah buku. Di sana ia menjelaskan panjang lebar kelebihan masing-masing. Kesimpulan perselisihan itu sebagai berikut, pohon kurma di daerah tumbuhnya (seperti: Madinah, Hijaz, dan Irak) lebih bermanfaat dan lebih utama bagi penghuni daerah itu daripada anggur. Dan di daerah tumbuhnya, anggur lebih utama dan bermanfaat bagi penduduk daerah itu; seperti Syam, daerah pegunungan dan berhawa dingin yang tidak bisa ditumbuhi pohon kurma.
Suatu hari, Ibnu Qayyim pernah menghadiri suatu majelis di Mekah yang dihadiri oleh para pemuka daerah situ. Masalah ini diungkapkan. Salah seorang hadirin mulai berbicara panjang lebar tentang faedah dan keutamaan pohon kurma. Katanya, “Untuk menunjukkan keutamaan kurma cukup dengan bukti berikut. Kita dapat membeli anggur dengan biji kurma. Jadi, tidak mungkin buah yang dapat dibeli dengan biji buah lain dilebihkan dari buah tersebut.”
Ada yang lain menambah. Katanya, “Nabi telah memutuskan perselisihan dalam masalah ini. Beliau melarang menamai pohon anggur dengan nama ‘karam’ (mulia). Beliau bersabda, ‘Karam adalah hati orang mukmin.’ Tidak ada dalil yang lebih jelas dari ini.” Selanjutnya, secara berlebihan mereka menjelaskan arti hadits tersebut.
Ibnu Qayyim berkata kepada orang pertama, “Yang kamu sebutkan, yaitu biji kurma seharga dengan anggur, tidak dapat dijadikan dalil, karena itu ada sebab-sebabnya. Pertama, kebutuhan kalian kepada biji kurma untuk makanan hewan. Pemilik anggur mau menukarnya dengan anggur untuk memberi makanan binatang peliharaannya. Kedua, biji anggur tidak ada faedahnya, dan tidak dikumpulkan. Ketiga, Â anggur di daerah kalian amat sedikit, dan kurma adalah buah yang paling banyak sehingga bijinya juga banyak. Karenanya, dapat digunakan untuk membeli sedikti anggur. Tapi di negeri-negeri yang banyak anggurnya, biji kurma tidak dapat dipakai untuk membeli apa pun juga. Biji kurma tidak ada nilainya di daerah-daerah tersebut.”
Ibnu Qayyim kemudian menjelaskan kepada orang kedua yang berargumen dengan hadits di atas, “Di antara alasan keutamaan anggur, mereka menamai anggur dengan syajaratul-karam (pohon mulia) sebab banyak manfaat dan gunanya. Ia dapat dimakan masih segar, sudah kering, manis maupun masam; dibuat bermacam minuman, manisan, sirup, dan sebagainya. Oleh karena itu, mereka menamainya karam karena banyak faedahnya.
Nabi SAW memberitahu mereka bahwa hati orang beriman lebih berhak mendapat penamaan ini daripada pohon anggur sebab banyak sifat mulia yang diletakkan Allah SWT di dalamnya; seperti santun, lembut, adil, ihsan, ikhlas, dan sebagainya. Nabi tidak bermaksud menyangkal adanya manfaat dan faedah pada pohon anggur. Penamaan karam itu bohong belaka. Itu adalah kata yang tidak punya arti di baliknya seperti menamai orang bodoh dengan ‘alim’, orang jahat dengan ‘saleh’, dan orang kikir dengan ‘dermawan’. Beliau tidak menyangkal adanya faedah dalam pohon anggur. Beliau hanya memberitahu bahwa hati orang beriman itu lebih banyak dan berlimpah kebaikan serta manfaatnya daripada pohon anggur.” []