SUATU hari, Ibnu Qayyim pernah menghadiri suatu majelis di Mekah yang dihadiri oleh para pemuka daerah situ. Masalah ini diungkapkan. Salah seorang hadirin mulai berbicara panjang lebar tentang faedah dan keutamaan pohon kurma. Katanya, “Untuk menunjukkan keutamaan kurma cukup dengan bukti berikut. Kita dapat membeli anggur dengan biji kurma. Jadi, tidak mungkin buah yang dapat dibeli dengan biji buah lain dilebihkan dari buah tersebut.”
Ada yang lain menambah. Katanya, “Nabi telah memutuskan perselisihan dalam masalah ini. Beliau melarang menamai pohon anggur dengan nama ‘karam’ (mulia). Beliau bersabda, ‘Karam adalah hati orang mukmin.’ Tidak ada dalil yang lebih jelas dari ini.” Selanjutnya, secara berlebihan mereka menjelaskan arti hadits tersebut.
BACA JUGA: Tingkatkan Stamina dengan Jus Kurma Susu
Ibnu Qayyim berkata kepada orang pertama, “Yang kamu sebutkan, yaitu biji kurma seharga dengan anggur, tidak dapat dijadikan dalil, karena itu ada sebab-sebabnya. Pertama, kebutuhan kalian kepada biji kurma untuk makanan hewan. Pemilik anggur mau menukarnya dengan anggur untuk memberi makanan binatang peliharaannya. Kedua, biji anggur tidak ada faedahnya, dan tidak dikumpulkan. Ketiga, anggur di daerah kalian amat sedikit, dan kurma adalah buah yang paling banyak sehingga bijinya juga banyak. Karenanya, dapat digunakan untuk membeli sedikti anggur. Tapi di negeri-negeri yang banyak anggurnya, biji kurma tidak dapat dipakai untuk membeli apa pun juga. Biji kurma tidak ada nilainya di daerah-daerah tersebut.”
Ibnu Qayyim kemudian menjelaskan kepada orang kedua yang berargumen dengan hadits di atas, “Di antara alasan keutamaan anggur, mereka menamai anggur dengan syajaratul-karam (pohon mulia) sebab banyak manfaat dan gunanya. Ia dapat dimakan masih segar, sudah kering, manis maupun masam; dibuat bermacam minuman, manisan, sirup, dan sebagainya. Oleh karena itu, mereka menamainya karam karena banyak faedahnya.
Nabi SAW memberitahu mereka bahwa hati orang beriman lebih berhak mendapat penamaan ini daripada pohon anggur sebab banyak sifat mulia yang diletakkan Allah SWT di dalamnya; seperti santun, lembut, adil, ihsan, ikhlas, dan sebagainya. Nabi tidak bermaksud menyangkal adanya manfaat dan faedah pada pohon anggur. Penamaan karam itu bohong belaka. Itu adalah kata yang tidak punya arti di baliknya seperti menamai orang bodoh dengan ‘alim’, orang jahat dengan ‘saleh’, dan orang kikir dengan ‘dermawan’. Beliau tidak menyangkal adanya faedah dalam pohon anggur. Beliau hanya memberitahu bahwa hati orang beriman itu lebih banyak dan berlimpah kebaikan serta manfaatnya daripada pohon anggur.”
Omongan seperti ini telah berlangsung di majelis itu. Apabila Anda perhatikan sabda Nabi SAW, “Karam adalah hati orang mukmin”, Anda mendapatinya sama dengan sabda beliau tentang kurma, “Perumpamaan pohon kurma seperti orang muslim.” Dalam hadits Ibnu Umar ini, beliau mengumpamakan pohon kurma dengan muslim. Dalam hadits di atas beliau mengumpamakan muslim dengan pohon anggur, dan melarang mereka menamai pohon anggur dengan nama karam.
Sebagian orang mengatakan, “Dalam hal ini ada makna lain. Yaitu, Rasulullah SAW melarang mereka menamai pohon anggur dengan karam karena dari buah anggur itu orang membuat induk kejahatan (ummul-khabaa), yaitu arak. Beliau tidak suka pohon itu diberi nama dengan nama yang membuat orang senang dan tertarik kepadanya. Larangan ini tergolongsaddudz-dzaraa.”
Penafsiran ini sah-sah saja seandainya sabda beliau, “Karena karam adalah hati orang beriman” bukan sebagai ta’lil (alasan) dari larangan ini dan isyarat bahwa hati orang mukmin lebih berhak disebut dengan nama ini daripada pohon anggur. Rasulullah SAW lebih tahu maksud sabda beliau. Dan, yang beliau maksud itulah yang benar.
Intinya di sini, Allah SWT menghitung bahwa di antara nikmat-nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya adalah buah kurma dan anggur.
Makna pertama insya Allah lebih dekat kepada kebenaran daripada makna kedua. Karena arak dibuat dari segala jenis buah, termasuk buah kurma.
BACA JUGA: 10 Fakta tentang Kurma
Allah SWT berfirman, “Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan yang baik,” (QS an-Nahl: 67)
Anas berkata, “Pada saat larangan arak turun, di Madinah tidak ada arak yang terbuat dari anggur, yang ada hanya yang terbuat dari kurma.” Kalau larangan Rasulullah SAW menamai pohon anggur dengan karam karena dia memabukkan, tentu beliau tidak mengumpamakan pohon kurma dengan orang mukmin karena dari kurma juga dibuat arak yang memabukkan. Wallahu a’lam. []
BERSAMBUNG
Referensi: Kunci Kebahagiaan/Ibnu Qayyim/Akbar Eka Sarana/2004