OMONGAN seperti ini telah berlangsung di majelis itu. Apabila Anda perhatikan sabda Nabi SAW, “Karam adalah hati orang mukmin”, Anda mendapatinya sama dengan sabda beliau tentang kurma, “Perumpamaan pohon kurma seperti orang muslim.” Dalam hadits Ibnu Umar ini, beliau mengumpamakan pohon kurma dengan muslim. Dalam hadits di atas beliau mengumpamakan muslim dengan pohon anggur, dan melarang mereka menamai pohon anggur dengan nama karam.
Sebagian orang mengatakan, “Dalam hal ini ada makna lain. Yaitu, Rasulullah SAW melarang mereka menamai pohon anggur dengan karam karena dari buah anggur itu orang membuat induk kejahatan (ummul-khabaa), yaitu arak. Beliau tidak suka pohon itu diberi nama dengan nama yang membuat orang senang dan tertarik kepadanya. Larangan ini tergolongsaddudz-dzaraa.”
Penafsiran ini sah-sah saja seandainya sabda beliau, “Karena karam adalah hati orang beriman” bukan sebagai ta’lil (alasan) dari larangan ini dan isyarat bahwa hati orang mukmin lebih berhak disebut dengan nama ini daripada pohon anggur. Rasulullah SAW lebih tahu maksud sabda beliau. Dan, yang beliau maksud itulah yang benar.
Intinya di sini, Allah SWT menghitung bahwa di antara nikmat-nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya adalah buah kurma dan anggur.
Makna pertama insya Allah lebih dekat kepada kebenaran daripada makna kedua. Karena arak dibuat dari segala jenis buah, termasuk buah kurma.
Allah SWT berfirman, “Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan yang baik,” (QS an-Nahl: 67)
Anas berkata, “Pada saat larangan arak turun, di Madinah tidak ada arak yang terbuat dari anggur, yang ada hanya yang terbuat dari kurma.” Kalau larangan Rasulullah SAW menamai pohon anggur dengan karam karena dia memabukkan, tentu beliau tidak mengumpamakan pohon kurma dengan orang mukmin karena dari kurma juga dibuat arak yang memabukkan.Â
KEENAM, Â kurma adalah pohon yang paling tabah dan tahan menghadapi serangan angin dan cuaca yang ganas. Pohon dan bangunan lain yang tinggi besar kadang dibuat condong oleh angin, kadang malah tumbang dan dahan-dahannya patah-patah, dan kebanyakan mereka tidak tahan haus seperti pohon kurma. Begitulah, orang mukmin selalu sabar dan tabah menghadapi cobaan. Badai tidak bisa menggoyahkannya.
Ketujuh, seluruh bagian pohon kurma punya manfaat, tidak ada bagian yang tiada faedahnya. Buahnya bermanfaat. Batangnya juga bermanfaat untuk bangunan dan atap, dan sebagainya. Pelepahnya dipakai sebagai atap rumah sebagai ganti dari
Larangan yang diberlakukan atas sesuatu untuk mencegah terjadinya hal buruk lainnya. Yaitu antara pohon kurma dan orang beriman.
Bambu dan untuk menutup lubang-lubang dan celah-celah. Daunnya dibuat keranjang, tikar, daan Iain-lain. Serabutnya juga sudah kita tahu manfaatnya.
Sebagian orang mencocokkan manfaat-manfaat ini dengan sifat-sifat orang mukmin. Setiap manfaat dari pohon kurma itu dia letakkan padanannya dari sifat orang mukmin.
Hingga ketika tiba pada duri kurma, dia menjadikan padanannya dari sifat orang mukmin sifat ‘keras terhadap musuh-musuh Allah SWT’. Orang mukmin itu keras terhadap mereka seperti duri, dan kepada sesama mukmin dia seperti buah kurma yang manis dan enak.
“Keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka,” (QS al-Fath: 29),
Kedelapan, makin tambah usianya, makin banyak manfaatnya dan makin baik buahnya. Begitu juga orang mukmin, apabila usianya panjang, kebaikannya bertambah dan amalannya meningkat.
Kesembilan, jantungnya paling baik dan manis. Ini adalah keistimewaan yang khusus dimiliki pohon kurma, tak ada pada pohon-pohon lain. Dan, hati orang beriman seperti itu, paling baik.
Kesepuluh, manfaatnya tidak pernah berhenti secara total. Kalau salah satu manfaatnya terhalang, masih ada manfaat-manfaatnya yang lain. Apabila buahnya tidak keluar selama satu tahun, manusia masih dapat mengambil manfaat dari daun, pelepah, atau serabutnya. Begitu pula orang mukmin tidak pernah kosong dari salah satu sifat dan perangai baik. Bila salah satu perbuatan baik tak dapat dia kerjakan, masih ada kebaikan lain yang bisa diharap darinya. Kebaikannya selalu dapat diharapkan, dan kejahatannya tak perlu dikhawatirkan.
Nabi SAW bersabda, “Orang terbaik di antara kalian adalah orang yang kebaikannya diharap dan kejahatannya tak dikhawatirkan; dan yang paling jelek adalah yang kebaikannya tak diharapkan dan kejahatannya dicemaskan,” (HR Tirmidzi – marfu’).
Perhatikanlah bentuk batang kurma itu. Anda mendapatinya seperti terpintal dari benang-benang yang memanjang dan yang lain melintang, persis seperti pintalan tangan. Hikmahnya, agar keras dan erat, tidak putus-putus ketika membawa bawaan yang berat dan tahan terhadap tiupan angin kencang, tahan lama di atap, jembatan, perabot, dan sebagainya yang terbuat darinya. Begitu pula kayu-kayu yang lain; jika kamu perhatikan seperti tenunan. la tidak seperti batu cadas yang tidak berlubang.
Anda lihat sebagiannya seakan-akan masuk pada bagian yang lain, memanjang dan melintang seperti susunan daging. Susunan seperti itu sangat kuat dan cocok dengan kebutuhan manusia terhadapnya. Karena kalau tidak berlubang seperti batu, tentu tidak mungkin dipakai untuk alat-alat, pintu, perabot, ranjang, keranda mayat, dan sebagainya.
Di antara hikmah kayu: ia ditakdirkan terapung di atas air. Ini mengandung hikmah yang luar biasa. Kalau tidak terapung, kapal-kapal itu tidak dapat membawa muatan yang segunung dan tidak dapat bergerak maju dan mundur; juga jalur transportasi yang ada tidak dapat dipergunakan untuk membawa dagangan yang besar dan barang-barang yang banyak, memindahkannya dari satu daerah ke daerah lain. Sebab, jika dipindahkan melalui darat, memakan tenaga dan biaya yang besar, dan mengganggu kepentingan manusia. []
HABIS
Referensi: Kunci Kebahagiaan/Ibnu Qayyim/Akbar Eka Sarana/2004