DAHULU kala hidup dua orang sahabat, seekor monyet dan seekor kura-kura, tinggal di hutan belantara. Kebiasaan mereka adalah menghabiskan waktu bersama dengan saling berbincang dan bercanda sepanjang siang.
Meski mereka tidak tinggal bersama, tapi di waktu siang pasti saja mereka bertemu. Dua sahabat itu memiliki watak yang berbeda. Sang monyet terkenal dengan kesombongan, ketidaksabaran dan kecerobohannya, sementara kura-kura terkenal bijaksana, sabar dan hati-hati.
Suatu pagi yang indah, dua sahabat itu bercengkrama di atas batu besar di dalam hutan. Dalam pembicaraan mereka, tiba-tiba mereka berselisih pendapat tentang siapa yang paling hebat di antara mereka. Karena keduanya merasa ada beberapa perbedaan mencolok antara mereka, akhirnya sang monyetlah yang menentukan jenis perlombaan sebagai daya ukur kehebatan.
“Bagaimana kalau kita lomba menanam pisang? Siapa yang memanen duluan dialah yang menang…”
Kura-kura mengangguk, tanda setuju atas tantangan sang monyet.
Akhirnya mereka mencari lahan yang pas dan merekapun mulai menanam. Ada kejanggalan yang terlihat begitu mencolok. Kura-kura menanam pisang dengan cara menanam anak pisang yang kecil sementara monyet menanam pisang dari jantung pisang—monyet berpikir dengan menanam pisang dari jantungnya niscaya dalam jangka waktu dekat dia akan memanen pisang.
Setiap hari monyet dan kura-kura selalu berkunjung melihat tanamannya. Tapi hanya sedikit yang berubah. Tanaman pisang kura-kura hanya tumbuh beberapa sentimeter saja sementara tanaman pisang milik monyet tidak ada perubahan. Akhirnya mereka memutuskan untuk tidak melihatnya tiap hari, tapi akan dilihatnya beberapa bulan yang akan datang.
Beberapa bulan telah berlalu. Akhirnya tiba saat untuk pergi melihat. Monyet dan kura-kura pergi pada lahan tempat mereka bertanam. Kura-kura menemukan tanamannya telah tumbuh besar dan berbuah pisang begitu lebat. Sementara tanaman milik sang monyet sudah membusuk.
“Keinginan yang tergesa-gesa ambisi yang begitu besar dan ingin meraih kesuksesan secara instan akan berakhir pada kebusukan.” []