POLISI Jerman memutus aliran listrik dan menutup sebuah konferensi aktivis pro-Palestina pada Jumat, 12 April 2024, setelah seorang pembicara yang dilarang hadir muncul melalui sambungan video, kata pihak penyelenggara.
Kongres Palestina selama tiga hari, yang dipromosikan oleh kelompok-kelompok pro-Palestina termasuk partai DIEM25 yang dipimpin oleh mantan Menteri Keuangan Yunani Yanis Varoufakis, mengatakan bahwa kongres tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan apa yang mereka sebut sebagai “genosida” yang dilakukan oleh Israel di Gaza.
Polisi melarang dua hari terakhir acara tersebut, dengan alasan kekhawatiran akan adanya potensi ujaran kebencian.
BACA JUGA:Â Aksi Bela Palestina, HNW: Israel Menang Lawan 3 Negara tapi Tidak dengan Gaza!
Di antara para pembicara adalah aktivis Salman Abu Sitta, penulis esai pada Januari yang mengungkapkan pemahamannya terhadap militan Hamas yang pada 7 Oktober lalu menyerbu Israel.
“Seorang pembicara diproyeksikan yang dikenai larangan aktivitas politik,” kata polisi Berlin di media sosial. “Ada risiko seorang pembicara ditampilkan di layar yang di masa lalu pernah membuat pernyataan antisemit dan mengagungkan kekerasan. Pertemuan tersebut diakhiri dan dilarang pada Sabtu dan Minggu.”
Penyelenggara konferensi mengatakan polisi turun tangan ketika Salman, yang menurut majalah Stern dilarang masuk ke Jerman, mulai berbicara melalui video.
“Kekerasan polisi, seolah-olah kami adalah semacam penjahat, tidak dapat ditolerir untuk sebuah negara demokratis,” kata Karin de Rigo, seorang calon anggota parlemen untuk cabang DIEM25 di Jerman. “Mereka tidak hanya menyerbu panggung, mereka juga memutus aliran listrik seolah-olah kami sedang mentransmisikan kekerasan.”
Di Jerman, seperti halnya di negara-negara Barat lainnya, perang di Gaza telah menimbulkan pertentangan yang semakin besar seiring dengan meningkatnya jumlah korban jiwa dari pihak Palestina.
Dukungan Jerman terhadap Israel berakar pada keinginan untuk menebus genosida kaum Yahudi di Eropa dalam Holocaust Nazi. Kehadiran populasi Muslim dan Arab yang besar dan terus bertambah di Jerman telah membuat ketegangan menjadi semakin akut.
Banyak pengunjuk rasa mengeluhkan bahwa ekspresi solidaritas terhadap warga Palestina secara efektif dikriminalisasi oleh pihak berwenang yang waspada terhadap antisemitisme.
BACA JUGA:Â Heboh Gus Iqdam Sebut Palestina Aman, Ini Tanggapan Ketua PBNU Gus Fahrur
“Adalah benar dan perlu bahwa polisi Berlin melakukan intervensi dengan tegas pada apa yang disebut sebagai Kongres Palestina,” Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser memposting di media sosial. Dia sebelumnya telah mendesak polisi untuk berjaga-jaga terhadap tanda-tanda ujaran kebencian di kongres pro Palestina tersebut.
Dalam serangan 7 Oktober di Israel, pejuang Hamas membunuh 1.200 orang dan menyandera 253 orang, menurut Israel. Hal ini memicu perang Israel di Gaza, di mana lebih dari 33.000 warga Palestina telah terbunuh, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza. []
SUMBER: TEMPO