LIBANON–Kejahatan akibat kelaparan dikabarkan telah meningkat di Libanon. Hal itu dipicu oleh harga kebutuhan pokok yang terus meningkat sebagai imbas dari krisis ekonomi negara yang memburuk dengan cepat, AFP melaporkan, Rabu (15/7/2020).
“Dia (perampok) memberi tahu saya bahwa dia tidak ingin menyakiti saya. Dia memaksa saya memberi uang atau membawanya ke toko kelontong untuk membeli makanan. Ia mengatakan anak-anaknya di rumah menangis karena kelaparan,” kata seorang korban seperti dikutip oleh AFP.
BACA JUGA:Â Dilarang Kembali ke Libanon, Pengungsi Palestina Diseret dari Pesawat
Setelah mendapat uang, perampok melarikan diri dari tempat kejadian, tetapi kemudian kembali lagi sambil menangis dan menjelaskan bahwa dia menganggur dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
“Dia mulai menangis dan meminta maaf kepada saya. Dia mengatakan kepada saya bahwa dia bukan pencuri tetapi dia kelaparan dan begitu pula anak-anaknya,” ungkap korban.
Sejak September 2019, ribuan orang Libanon telah kehilangan pekerjaan atau gaji mereka turun drastis karena mata uang lokal -lira Libanon- mengalami devaluasi.
Lira telah kehilangan hampir 80 persen dari nilainya sejak Oktober 2019, sampai-sampai nilai tukar 9.000 lira hanya bernilai 1 dolar dalam beberapa pekan terakhir.
Para importir makanan diharapkan membayar barang-barang dalam dolar, meskipun terjadi kelangkaan kronis mata uang asing di negara itu. Ini, akibat kebijakan Beirut yang telah menyebabkan harga makanan naik sekitar 55 persen sejak April 2019.
Menurut  AFP, harga satu kaleng susu bayi telah meningkat dari 23.000 lira (15 dolar) menjadi 35.000 lira (23 dolar) di beberapa tempat. Bahkan di beberapa tempat susu bayi dijual 45.000 lira (30 dolar) per kaleng.
Beberapa video muncul di media sosial yang memperlihatkan penduduk merampok restoran, toko, dan orang yang lewat di siang hari bolong dalam beberapa minggu terakhir.
BACA JUGA:Â Hamas Kecam Karikatur yang Rusak Hubungan Palestina-Libanon
Dalam satu rekaman yang direkam di CCTV, seorang lelaki, memegang pistol, terlihat memasukkan kantong plastik penuh popok. “Cepat, cepat”, katanya, sambil melambaikan pistol ke wajah kasir, meminta uang tunai dari kasir.
Angka kejahatan, menurut statistik yang disediakan oleh Pasukan Keamanan Internal Libanon (ISF), telah melonjak pada tahun 2020. Sementara pada tahun 2019 ISF ​​mencatat total 650 pencurian dan perampokan, organisasi keamanan telah mendokumentasikan 863 kejahatan serupa hanya di paruh pertama 2020.
Seorang pejabat keamanan yang tidak disebutkan namanya dikutip oleh AFP menyatakan bahwa statistik tahun ini mewakili angka kejahatan dalam enam tahun, dan mengklaim lonjakan tersebut kemungkinan merupakan akibat dari krisis ekonomi Libanon. []
SUMBER: MEMO