JAKARTA—Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan Seminar Penelitian Database Salafi. Penelitian ini berawal dari keinginan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM-UIN Jakarta) untuk membuat database tentang ustadz dan lembaga Salafi di Indonesia.
“Riset ini berhasil mengidentifikasi lembaga pendidikan Salafi di 25 kota atau Kabupaten. Masih banyak yang belum diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pesantren Salafi bisa dianggap cukup pesat,” kata Peneliti PPIM UIN Din Wahid di Hotel Ambhara Jalan Iskandarsyah Raya No. 1, Jakarta Selatan, Senin (29/1).
Din menganggap, pesantren Salafi tidak monolitik, ada yang berkiblat ke Yaman dan menolak kurikulum negara. Sementara yang lain berkiblat ke Saudi Arabia dan Kuwait yang cenderung akomodatif terhadap tuntutan orang tua santri dengan mengadopsi kurikulum nasional.
“Ajaran Salafisme terutamaTauhid dan al-Wala’ wa al-Barra membuat pengikut Salafi sangat puritan dan militant yang pada gilirannya bisa menimbulkan konflik dan ketegangan di tengah masyarakat,” pungkasnya
Din juga mengungkapkan, dukungan dana dari Timur Tengah dan dalam negeri, baik secara kelembagaan maupun individual sangat Instrumental bagi Perkembangan pesantren Salafi.
“Hal tersebut seiring dengan menurunnya dukungan finansial dari luar negeri, kini pesantren Salafi berusaha untuk mandiri secara finansial,” terang Din. []
Reporter: Rhio