MUHAMMADÂ Saleh, 42 tahun. Merupakan warga asal Kampung Tasuk Kecamatan Gunung Tabur. Ia mengalami kelumpuhan di kedua kakinya setelah kecelakaan pada tahun 2002 lalu. Akibat kejadian tersebut, kehidupannya langsung berubah total karena ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menjalani pengobatan, makan dan tidur.
Diceritakan oleh Saleh bahwa dahulu ia merupakan salah satu karyawan di perusahaan Mahakam Ulu. Ketika tengah asyik memanjat pohon, ia terjatuh dengan ketinggian beberapa meter sehingga membuat tulang belakangnya patah. Akibatnya, ia pun tidak mampu menggerakkan seluruh tubuhnya, termasuk kakinya.
“Kenapa saya bisa sampai lumpuh begini? Ini semua berawal saat saya mencari bibit buah untuk pekerjaan saya. Mungkin memang sudah takdir, saya terjatuh dari pohon dan akhirnya lumpuh seperti sekarang,” tuturnya.
Tak hanya kehilangan pekerjaan, kelumpuhan yang dideritanya juga membuat Saleh harus kehilangan istrinya. Alhasil Saleh sempat putus asa dan menyalahkan takdir.
“Saya sempat frustasi. Setelah saya lumpuh, perusahaan tempat saya bekerja tidak lagi memakai saya. Istri saya pun beberapa waktu setelah kelumpuhan saya, memilih pergi dan meninggalkan saya sendiri,” kisahnya.
Beruntung ia masih memiliki orangtua yang terus menemaninya di masa-masa yang sulit. Dengan dorongan kedua orangtuanya, Saleh kemudian perlahan-lahan bangkit dan bisa mendapatkan kembali kepercayaan dirinya.
“Setiap hari saya diberi motivasi, saya disemangati dan dibantu menumbuhkan kepercayaan diri saya lagi. Yang paling berjasa dalam masa-masa sulit saya adalah orang tua saya. Mereka tulus dan tanpa pamrih merawat saya yang lumpuh,” katanya sembari menyembunyikan raut wajah harunya.
“Saya cuma tahunya makan tidur saja selama lumpuh ini. Hiburan hanya nonton televisi. Dan suatu hari ketika nonton, ada acara yang menayangkan bagaimana seseorang yang cacat fisiknya dapat menjadi seorang yang hebat dan membanggakan. Saya terinspirasi. Sempat saya menangis ketika menonton itu. Saya pikir, hanya saya manusia tidak beruntung di bumi ini. Lewat acara televisi itu, mata saya kembali dibuka, bahwa ada yang lebih tidak beruntung, namun pantang menyerah sampai akhirnya mereka menjadi beruntung,” ucapnya kembali.
Saleh kemudian mencoba-coba membuat kerajinan dari stik es krim seperti wadah tabungan, miniatur rumah, lampu hias dan yang lainnya. Meski bukan profesional, namun karya-karyanya tampak berkualitas.
Tak disangka banyak orang yang senang dengan karyanya. Bahkan sebagian dari mereka meminta dipesankan barang yang mereka inginkan.
“Saya tidak ingin selamanya menyusahkan orang tua. Dengan apa yang saya bisa lakukan sekarang, saya coba mencari sedikit demi sedikit uang, dengan tangan saya sendiri. Alhamdulillah, Allah Maha Pemberi, banyak juga yang berminat memesan dengan saya,” lanjutnya.
Kini Saleh pun mulai bangkit dan memiliki cita-cita yakni bisa memiliki tempat yang layak untuk merakit karya-karyanya.
Lebih jauh, harapannya pun semoga karyanya bisa lebih meluas dan diterima oleh masyarakat dan pemkab serta bisa menjadi buah tangan bagi para wisatawan.
“Saya juga bermimpi, alangkah bahagianya kalau karya saya bisa diterima semua masyarakat dan Pemkab. Karya saya bisa menjadi buah tangan untuk para wisatawan, saya akan sangat senang sekali. Semoga ada perhatian dan jalan untuk menuju ke mimpi saya itu. Karena saat ini bagi saya lumpuh bukan akhir segalanya,” tutupnya. []
sumber: Kabarmakkah